"Ngga bisa! Kita ngga bisa terus-terusan bareng kayak gini. Gue... gue bisa jatuh cinta sama lo. Aduh, kenapa sih lo ganteng banget? Dikasih makan apa sama emak lo, sampai bisa ganteng begini?" gerutu Sindy dalam benaknya.
"Lo ngga capek mondar-mandir? Mikirin apa sih? Cara buat ngusir gue lagi?"
"Iya! Tapi kayaknya percuma juga, ngga bakal berhasil."
"Udah lah Sin, ngga usah dipikirin terus. Sebenarnya... gue ngga bakal selamanya terus di sini kok."
Sindy yang terkejut, membulatkan kedua matanya memandang wajah Rama. "Maksudnya, lo bakal pergi sendiri gitu?"
"Hmm. Di hari ulang tahun gue yang ke dua puluh nanti, gue bakal pergi selamanya. Karena infonya, di hari itu ada banyak orang yang benar-benar tulus doain gue."
"Hah, infonya? Info dari siapa?"
"Ya, info dari Kementerian Kayangan bidang Ketentraman."
"Hah, apaan sih?! Bisa gila gue, kelamaan deket-deket sama lo. Tapi... beneran itu, lo bakal pergi?"
"Iya Sindy." sambil tersenyum Rama memandang wajah gadis berpiyama hitam di hadapannya. "Jujur gue ngga mau pisah sama lo, Sin. Lo cewek paling baik dan tulus yang pernah gue kenal." lanjutnya dalam hati.
Sejak Rama mengatakan bahwa ia akan pergi selamanya, suasana hati Sindy mulai kacau. Gadis itu sendiri tak mengerti akan rasa yang berkecamuk dalam dadanya.