"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum. Laa ta......"
"Stop stop stop! Gue udah bilang, hantu jaman sekarang udah ngga takut sama ayat kursi."
Dalam sekejap Sindy pun terdiam, sorot kedua matanya menatap sinis pada lelaki berkemeja biru yang berdiri di pojok kamarnya.
Beberapa menit lalu Sindy dan Rama berdebat untuk ke sekian kalinya. Hingga Sindy berusaha mengusir Rama dengan membacakannya ayat kursi, yang katanya ampuh untuk mengusir hantu dan kroninya.
Hari-hari Sindy terasa berbeda sejak kepindahannya ke kamar kost di Jalan Paseban itu. Sindy punya kenalan baru, yang dapat dijadikan teman sekaligus musuh. Meski sejak kecil Sindy dapat melihat makhluk astral, tapi Rama jelas berbeda. Lelaki itu sangat tampan.
Tampilannya masih sempurna seperti orang hidup. Tidak berantakan dan tak karuan seperti makhluk astral lainnya yang sejauh ini sudah pernah Sindy jumpai.
"Oke, gue lupa tanya agama lo. Mungkin ayat kursi ngga mempan karena lo bukan muslim."
"Hahaha... Ngga ngaruh, Sin! Gue muslim. Dulu gue selalu menang lomba adzan."
"Ngga nanya!" ucap Sindy ketus. "Terus, mau sampai kapan sih lo di sini?"
"Tempat gue emang di sini, Sindy. Kalau lo mau tetap di sini, harusnya lo bisa dong nerima keberadaan gue."
Sindy menghela nafas, tertunduk lalu bangkit dari duduknya. Mondar-mandir sambil tolak pinggang di hadapan Rama.