Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Demoralisasi Orang Indonesia terhadap Hewan

25 Januari 2024   10:43 Diperbarui: 25 Januari 2024   10:54 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar di atas adalah tangkapan layar postingan salah satu anggota dalam grup pecinta kucing di facebook. Postingan yang sukses mencuri perhatian kita. Kalimat tersebut seolah-olah si kucing lah yang sedang berbicara kepada pembaca.

"Kala itu mami menemukanku di kantong kresek dan waktu itu aku 3 bersaudara, tapi cuma aku yang selamat karena kami sulit bernafas."

Begitukah akhlak masyarakat kita? Membuang anak kucing di dalam plastik yang terikat seolah mereka adalah sampah. Buat para pecinta kucing, hal ini sungguh memancing emosi dan membuat kami mengumpat. Mungkin sebagian dari Anda akan berkomentar, "Jangankan anak kucing, anak manusia saja dibuang di pinggir jalan." Namun itu perihal lain, saat ini fokus saya ialah kepada anak berbulu yang satu ini.

Sebagai pecinta kucing, saya juga menyadari bahwa tidak semua orang dapat memperlakukan kucing-kucing liar seperti saya memperlakukan mereka. Namun, jika Anda tidak menyukai mereka lantas bukan berarti harus menendang atau menyiksa mereka.

Saya terheran-heran dengan kelakuan mereka yang suka menyiksa hewan, khususnya kucing liar. Menyiram dengan air panas, memukul hingga tewas dan lain sebagainya yang tak sanggup saya sebutkan lagi contohnya. Apa sih motif mereka melakukan hal terkutuk seperti itu? Apa ada kepuasan tersendiri yang didapat? Tampaknya mereka ini memang memiliki penyimpangan.

Yang tak kalah membuat saya heran, katanya di Indonesia ini manusianya beragama. Bukankah sebagai manusia yang memiliki akal pikiran dan perasaan, kita diajarkan untuk menghargai, mengasihi dan melindungi sesama makhluk ciptaanNya?

"Mayoritas" beragama hanya sebagai label, bahkan sebagai topeng. Pada kenyataannya untuk hidup berdampingan dengan kucing saja, susah betul. Padahal seharusnya mereka paham bahwa kucing memanglah makhluk yang ditakdirkan hidup berkeliaran di sekeliling kita.

Sering terpikir dalam benak saya, kapan Indonesia bisa seperti Turki? Di mana masyarakatnya begitu menghargai kehidupan kucing-kucing liar. Hidup berdampingan tanpa menyakiti mereka. Ada banyak kanal youtube yang menayangkan tentang bagaimana kehidupan kucing liar di Turki. 

Salah satunya ada pada channel Whatsup Tony dengan judul video The City Of Fat Animals. Di mana ia memperlihatkan bagaimana kucing-kucing liar, bahkan anjing-anjing liar dapat dengan mudah mendapatkan makanan dari siapa saja, sehingga tubuh mereka tampak gemuk dan sehat.

dokpri. tangkapan layar video youtube, the city of fat animals.
dokpri. tangkapan layar video youtube, the city of fat animals.

Tak hanya itu, tempat-tempat berteduh juga disediakan bagi hewan-hewan berbulu itu untuk berlindung saat hujan turun. Pada tangkapan layar video di atas juga memperlihatkan bagaimana masyarakat di sana membiarkan kucing liar untuk tidur di dalam masjid.

Di Indonesia, yang ada adalah kucing dan anjing dijual untuk dibunuh dan kemudian dikonsumsi. Tega ya? Rakus, kayak ngga ada makanan lain. Dengan alasan apapun, manusia yang seperti itu jelas hanya mengedepankan keegoisan dengan mengorbankan makhluk hidup lain. Makhluk ciptaanNya yang juga memiliki hak untuk hidup dan dilindungi.

Kembali saya bertanya-tanya, masih pantaskah mereka disebut manusia? Jika kenyataannya akhlak mereka lebih rendah dari seekor binatang. Saya menghimbau bagi siapa pun yang menemukan tindak kekerasan pada hewan agar tak segan melapor kepada yang berwajib. 

Agar pasal-pasal hukum yang mengatur tentang penyiksaan terhadap hewan di Indonesia, tak hanya menjadi pajangan semata. Sejatinya pasal tersebut mampu bekerja secara lebih baik lagi. 

Mengusut dengan lebih serius kasus-kasus penyiksaan hewan yang marak terjadi. Hingga para pelakunya dihukum, meski sebenarnya hukuman tersebut tak seberapa jika dibandingkan dengan penderitaan hewan yang telah menjadi korbannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun