Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Selasar Hati

23 Januari 2024   12:08 Diperbarui: 23 Januari 2024   12:11 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Linda, ialah seorang gadis yang bekerja sebagai pastry chef di sebuah kafe yang cukup populer. Di balik kelihaiannya membuat adonan kue dan roti, ia juga lihai menyembunyikan kisah cintanya yang rumit.

Semua orang melihatnya sebagai gadis jomblo yang kuper. Kerja ya kerja, libur ya libur. Lebih sering di rumah ketimbang jalan-jalan. Gaulnya hanya sebatas rekan kerja saja.

Faktanya sudah hampir dua tahun ini ia memadu kasih dengan Satrio, suami orang. Rasa-rasa yang bersemi di hati keduanya mulai terjadi sejak awal pertemuan mereka di sebuah acara pameran otomotif di sebuah mall. Di mana kala itu Satrio sedang bertugas menjaga stand pameran.

Meski Linda dan Satrio sudah bersama hingga sejauh ini, sejujurnya selasar dalam hati Linda masih dipenuhi oleh kerinduannya pada sosok Abi yang telah pergi begitu saja, di saat dulu Linda telah menaruh harapan padanya. Kini Linda membagi dua sisi hatinya. Ada Satrio dan Abi di sana.

Dulu waktu dekat dengan Abi, keduanya sama-sama single. Kedekatan mereka telah disalah artikan oleh Linda. Untuk dapat meraih hati Abi, tak semudah yang Linda bayangkan. Abi tak pernah menganggap Linda lebih dari sekedar teman. Sedangkan Linda, harapannya sudah melambung jauh tinggi. Dan perlahan Abi justru menjauh dari kehidupan Linda karena ia dapat merasakan Linda telah menaruh hati padanya, namun lebih baik dirinya menjauh sebab ia tak dapat membalas rasa itu.

Hari masih terus berlanjut, hingga tibalah titik di mana perjalanan asmara Linda dan Satrio harus disudahi saja. Segala usaha yang dilakukan untuk menutupi hubungan itu akhirnya sia-sia juga. Satrio telah kembali kepada pemiliknya. Menyisakan tangis dan kenangan dalam hati Linda.

"Salah ya? Jatuh cinta sama suami orang. Kita kan ngga pernah tau kapan dan kepada siapa kita akan jatuh cinta. Kalau bisa memilih, gue juga ngga mau jatuh cinta sama lo !!!" hatinya meronta.

Setidaknya, bertemu setiap hari dengan rekan-rekan di kafe dapat menjadi obat baginya. Sebenarnya ada seorang rekan lelaki yang sangat menyukai Linda. Namanya Prasetio. Tapi sayang, Linda tak ada rasa padanya. Lagi pula, Prasetio sudah punya anak istri juga.

Baca juga: Sahabat tapi Bohong

"Lin, hari Sabtu ini lo izin cuti aja. Ikut kumpul di rumah gue, arisan alumni SMA." ajak Vira yang merupakan sepupu dari Linda.

"Ngga bisa. Sabtu biasanya rame. Gue ngga enak minta cuti."

"Yah, padahal temen gue si Eko tanyain lo terus nih... Kayaknya dia naksir deh Lin, sama lo."

"Eko? Dih, udah punya bini kan si Eko?"

"Hehehe, iya sih. Iya deh, jangan... Nanti gue bilang sama si Eko kalau lo udah punya calon suami. Tapi bohong, hahaha..."

Delapan tahun berlalu. Linda masih tetap seorang diri, setia dalam ilusinya bersama Abi. Dan akhirnya semesta bersuara. Menjawab rindu-rindu yang berterbangan selama itu. Untuk pertama kalinya setelah tak berjumpa selama sepuluh tahun, takdir mempertemukan Linda dan Abi kembali. Di suatu malam saat hujan turun rintik-rintik di halaman kafe tempat Linda bekerja.

Pertemuan awal yang terasa canggung akhirnya berlanjut ke pertemuan kedua dan ketiga. Dan pada saat itulah Abi memutuskan untuk berkata jujur bahwa ia merasa nyaman dan telah jatuh hati kepada Linda. Sekaligus jujur, bahwa ia telah menikah lima tahun yang lalu. Linda berlari dan menangis, kenapa baru sekarang Abi jatuh hati pada dirinya. Di saat Abi tak lagi sendiri.

"Gue dapet kutukan apa sih? Kenapa gue selalu aja disukain sama suami orang? Ngga boleh apa, gue ngerasain hidup yang normal?!"

Berhari-hari tak menjawab pesan Abi, akhirnya Abi datang ke kafe untuk menemui Linda. Menjelaskan bahwa sebenarnya saat ini Abi telah resmi berpisah dengan istrinya. 

Waktu itu Linda pergi begitu saja sebelum mendengar kelanjutan cerita Abi. Dan Abi tak ingin mengatakannya hanya lewat pesan atau telepon. Kini setelah Abi menemuinya lagi, Linda percaya dan memutuskan untuk memulainya dengan pertemanan dulu.

Di hari yang sama, malam harinya tak diduga siapa lagi yang datang dan menunggu Linda di pintu samping kafe? Satrio. Lelaki itu kembali dengan wajah penuh harap kepada Linda, agar memaafkan masa lalu mereka. Ia harap Linda masih sendiri dan bersedia menerimanya kembali. 

Kini Satrio telah sendiri, istrinya sudah membalas dengan hal yang sama. Bahkan lebih parah. Demi lelaki lain, wanita itu pergi meninggalkan Satrio dan anak-anaknya.

Berbulan-bulan pun terlewati, selama itu Linda tetap berteman dengan Abi maupun Satrio. Namun waktu mendesaknya untuk memilih. Ia tak tahu siapa yang harus dipilihnya. 

Ia tak ingin menyakiti salah satu di antara kedua lelaki itu. Meski dulu dirinya yang disakiti, bukan berarti kini saatnya ia membalas. Apalagi, anak-anak Satrio sangat menyukai dirinya. Berharap Linda yang baik hati, dapat menjadi ibu sambung mereka.

Linda juga sadar betul, tak bisa terus begini. Kedua lelaki itu menunggu, berharap ada kepastian. Akhirnya, terpaksa Linda harus memohon maaf kepada Satrio. 

Karena sampai kapan pun mereka hanya dapat menjadi teman baik. Berat bagi Satrio mendengar hal itu, tapi ia tak berhak melarang Linda, yang memilih untuk pergi ke pelukan Abi.


***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun