Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tumbuhkan Rasa Peduli Guna Mendukung Energi untuk Lingkungan Hidup

9 Januari 2024   10:49 Diperbarui: 9 Januari 2024   22:39 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : waste4change.com

Tak diragukan lagi, limbah domestik yang berasal dari rumah tangga telah menjadi masalah utama di Indonesia. Masalah yang rasanya tak pernah kunjung usai. Bagaimana tidak, jika masyarakatnya ngeyel, susah dikasih tahu dan yang pasti belum tumbuh kesadaran untuk peduli pada lingkungan sekitarnya.

Sebetulnya tidak perlu jauh-jauh dulu dengan peduli pada lingkungan luar, tapi mulailah menyadari apa yang ada di depan mata. Hingga rasa peduli akan tumbuh sendirinya, menjadi sebuah kebiasaan baik yang akhirnya terbawa sampai di lingkungan sekitar.

Sejauh ini, kami sekeluarga selalu memilah sampah yang kami hasilkan setiap harinya dari kegiatan rumah tangga kami. Satu sama lain selalu mengingatkan untuk memisahkan antara sampah basah, sampah plastik dan sampah botol.

Yang dimaksud sampah basah adalah sampah yang dihasilkan karena proses memasak. Seperti batang sayuran, kulit bawang dan lain sebagainya yang bersifat mengandung air. Termasuk kulit buah. Sedang sampah plastik dapat berupa kemasan mie instan, kemasan cemilan atau kemasan apapun yang berbahan dasar plastik begitu juga karton. Dan sampah botol sendiri tentunya berupa botol-botol bekas minuman ringan atau botol obat sirup. Untuk botol plastik dan beling, serta kaleng makanan dan minuman kami tetap menyatukannya dalam satu kantung.

Lalu untuk apa sampah-sampah tersebut kami pisahkan? Sederhana saja, di lingkungan tempat tinggal kami, kami sering melihat pemulung yang berkeliling ke tempat-tempat sampah warga pada jam-jam tertentu. Ada yang pagi, ada yang sore. Saya pribadi awalnya merasa kasihan melihat seorang kakek, salah satu pemulung yang setiap pagi memikul karung yang tampak berat di punggungnya. Maka dari itu timbul rasa peduli dalam benak saya. 

Saya ingin membantunya dengan cara memberikan botol-botol plastik, beling dan kaleng-kaleng yang dapat bermanfaat bagi beliau. Karena saya tahu, pasti dari sanalah mata pencaharian beliau. Entah ke mana nantinya barang-barang tersebut akan berpindah tangan, hanya beliau yang tahu. Namun sejauh yang saya dengar, biasanya pemulung akan menjual barang-barang tersebut ke pengepul dan seterusnya hingga akhirnya sampai di tangan mereka yang dapat mengelolanya menjadi benda berdaya guna dan bernilai kembali.

Melansir dari journal.sinov.id, limbah botol plastik bahkan dapat diolah menjadi bahan bakar dengan cara pirolisis. Maka hal inilah yang dapat disebut dengan pemanfaatan energi berkelanjutan.

Namun ternyata tanpa saya sadari, dengan berperilaku seperti itu saya telah ikut berperan serta dalam menjaga lingkungan dari limbah domestik. Dan pada kenyataannya, keberadaan para pemulung ini sangat penting di lingkungan masyarakat. Pada mesin pencarian google menyebutkan bahwa para pemulung memberi manfaat yang sangat besar karena dapat mengurangi jumlah sampah, mengurangi dampak pencemaran dan bermanfaat secara ekonomi.

Dengan bersikap mau memilah dan memisahkan jenis sampah, saya juga memiliki tujuan utama. Yaitu agar bapak atau ibu pemulung mudah dalam mengambil apa yang harus mereka ambil tanpa perlu mengacak-acak kantung sampah yang lain. Karena biasanya perbedaan juga sudah tampak dari luar. Mana kantung yang berisi botol-botol kosong dan mana yang berisi sampah basah.

Untuk jenis sampah plastik yang sudah saya sebutkan tadi, terpaksa saya membuangnya bersama dengan sampah basah. Agar dapat diambil oleh petugas dari dinas kebersihan yang datang setiap hari Jumat. Karena pemulung di sekitar rumah tidak mau menerima kemasan seperti bungkus chiki dan kopi.

Meski di zaman serba teknologi sekarang ini sudah tersebar keberadaan vending machine untuk menukar botol plastik menjadi poin/ uang digital, menurut saya keberadaannya masih kalah pamor dengan pemulung. Vending machine semacam ini hanya relevan diterapkan di ruang publik/ tempat umum, keberadaannya tidak cocok di lingkungan pemukiman atau perumahan. Lagi-lagi dengan alasan kasihan pemulung kalau mata pencahariannya hilang direnggut pihak lain.

Dalam hal ini, mungkin saya memang tidak dapat memberi ide yang brilian, namun saya sangat berharap sosialisasi kepada masyarakat semakin digalakkan hingga timbul kesadaran dari tiap individu untuk memisahkan sampah rumah tangga mereka sesuai dengan jenisnya. Memberi edukasi seputar akibat dan bahaya akan pencemaran limbah domestik. Dan sebaiknya melarang tegas kegiatan bakar sampah yang terkadang masih saya jumpai di pemukiman tertentu. Asapnya itu lho, aduh... Maka sebaiknya masyarakat juga diberi pemahaman akan akibat dan bahaya apa saja yang ditimbulkan akibat kegiatan membakar sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun