Sebelumnya sorry. Tulisan ini rada bebas dan seperti bersifat ctt harian gitu, seharusnya mungkin cocoknya diblog kali ya.. Cuman, tanggung, lagi sadar punya akun kompasiana.. Wkwk. Dari pada disimpan dinote pribadi, bisa jadi, tidak semua note, mudah2an bisa berguna untuk dibagikan.
Dan sekalai lagi aku ucapkan sorry, karena banyak kalimat yg mungkin aneh dan jauh dari penulisan Kalimat yang benar sesuai SPOK dan sejenisnya. Jangan selalu punya ekpetasi tinggi, bersikap wajar, karena bnyak kemungkinan yg akan sll ada dibalik prasangka2.
Punya ekpetasi itu tidak salah. Kamu punya otak yang bisa menghasilkan banyak imajinasi juga tidak salah, itu memang hakiki kerja otak seperti itu. Kamu punya banyak indera yg semuanya masih aktif, yang secara sadar indera itu berperan penting sebagai media membuka "orang menjadi berpikir", Kamu seharusnya merasa bersyukur dan beruntung karena masih punya alat indera yg cukup sehat.
Melalui indera, suatu "hal" yg ditangkap oleh indera akan dikirim keotak secepat kilat (maybe faster than), dan otak sacara sadar akan memprosesnya mjd "informasi" yg dikaitkan dg sumber informasi lain yg sudah tersimpan diotak. Itu adalah cara kerja murni sistem berfikir manusia.
Punya ekpetasi tinggi memag tidak salah. Semua orang bebas dengan pikiranya sendir ttg apa yg mereka anggap baik. Tapi apakah itu adalah sebuah cara kerja yang produktif? Â Tidak tentu, tidak selamanya seperti itu. Memag bagus, dan memang seharusnya kalau bisa harus seperti itu (tidak dibenarkan pada suatu casus pikiran bebas yg negatif). Tapi yg paling menentukan adalah act nya.Â
Aksi adalah sebuah tindakan nyata yg dilakukan secara terncana dan kadang tdk terncana. Jadi penting kalau punya ekpetasi, usahakan dikeluarkan menjadi tindakan nyata. Namun tidak semua ekpetasi harus dilakukan, kadang ada sebuah ekspetasi yg mustahil dan liar untuk dilakukan. Kembali lagi, kadang pikiran itu sangat bebas, sehingga bnyak hal yg diproses menjadi "informasi" diri sendiri yg bersifat rasional dan irasional.Â
Jadi harus fasih dalam menghubungkan banyak informasi dengan logika. Apakah itu rasional untuk dilakukan? Â Melihat banyak faktor untuk dihubungkan sehingga menjadi pengambilan keputusan yang benar. Sadar diri adalah pertahan diri, juga bukan pilihan terakir dalam menghadapi konsesus logika yang ada. Sadar diri dengan sendirinya membentuk sebuah opini sederhana ttg bersikap wajar. Berekpetasi tinggi ketika tidak kesampaian mmbuat org menjadi patah hati. Cie.. Wkwkwk
Memang iya. Ekpetasi membawa orang pada suatu hayalan yang kadang tak irasional. Ketika hasil sebuah tindakan tidak sesuai ekpetasi akirnya kebanyakan yg terjadi adalah org menjadi patah hati. Sekali lagi ekpetasi itu memang kewajaran, namun harus diimbangi dg logika yg kuat. Ketika orang sering mengalami korban phpnya sendiri, atau gagal ekpetasi, tidak banyak dari mereka yang belajar  mengendalikan hal tersebut agar bisa secara bijak diolah lagi. Kadang muncul perasaan kecewa karena apa yg nampak oleh mata tak sesuai dgn ekpetasi. Banyak org meluapkan kekecewaannya karena trll berharap tinggi thd sesuatu hal yg tdk sesuai dg harapanya. Kadang terlalu emosional karena hal yg dibentuk oleh pikiranya sendiri. Aneh bukan?
Ada seorang wanita yg berdiri disuatu tempat dibawah teras rumah yg teduh. Wanita itu tampak begitu mendebarkan, karena sesekali melihat kearahku. Ia memakai topi dg rambutnya yg pendek. Kami sering bertepatan saling pandang dan mencoba setelah itu mengalihkanya kehal lain. Namun hal itu terus terjadi, dan semakin membuat jantung berdebar. But, ada sebuah opini yg terbentuk dg sendirinya melalui pengalaman2 itu. Dan opini itu adalah:
1. Dia suka aku
2. Dia gadis cantik
3. Jatuh cinta
Apakah itu benar?
Bagaimana bisa membuktikan itu adalah benar? Kalau itu hanya sebuah presepsi, atau opini dari kesan pertama melihat, apalagi dari jarak yg jauh. Apakah itu masuk logika ?Jangan sampai ekpetasi itu membuatmu kecewa. Perlu diolah lagi dalam menyelesaikan informasi untuk memutuskan suatu yg masuk akal.
1. Dia suka aku. Apakah itu benar? Â hal itu benar bila gadis itu bilang langsung kekamu. Bukan benar dari pikiran mu sendiri. Jadi kalau tdk ada bukti ttg kebenaran yg diucapkan oleh suatu obyek secara langsung, itu belum pasti benar.
2. Dia gadis cantik. Apakah itu benar? Â cantik menurutmu itu seperti apa? Â Apakah kamu sudah bertatap muka dan menjalani bbrp hari denganya? Kenyataanya adalah kamu Tdk sperti itu. Itu adalah pengambilan keputusan yg cepat atas kesan pertama.
3. Jatuh cinta. Mungkinkah? Secepat itu. Aneh dan harus benar-benar dipikir ulang. Bagaimana bisa kondisi psikis yg saat itu mmg sedikit berbeda langsung diputuskan.
So, Banyak hal yg bisa kamu kembangkan atas isu yg pertama muncul atas kesan pertama. Melalui logika sederhana kamu dituntun untuk tdk terlalu punya ekpetasi yg tinggi trhdp suatu kasus. Mmg hal itu akan membuat kita bahagia sesaat saja dalam pikiran. Tp apakah itu tdk aneh jikalau kebahagiaan lahir dari suatu yg tdk nyata diperbuat?
Banyak kemungkinan yg terjadi dari suatu hal yg kamu harap itu baik untuk kamu. Semua itu bisa sebagai hal positif dan negatif. Jgn cepat memberikan respon yg baik atas suatu hal yg belum tentu benar dan dalam kondisi awal buat kamu. Bersikap wajar karena masa depan kadang tdk sesuai ekpetasi. Tp tdk semua hal seperti itu, tergantung pada hal yg kamu anggap baik.
Jangan gegabah, pikir kemungkinan itu kedalam prespektif logika. Jangan cepat memutuskan atas kesan pertama. Jangan cepat berprasangka baik untuk dirimu.
Biasa, wajar dan perjuangkan keyakinanmu.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H