John Dewey memandang bahwa sekolah merupakan lingkungan masyarakat kecil dan cerminan dari padanya. Ia berpendapat bahwa aliran progresivisme adalah intepretasi atau terjemahan dalam hal pendidikan yang dihubungkan dengan orientasi tahap awal munculnya sebuah tekhnologi di Amerika. Dalam hal pendidikan, menuliskan bahwa pendidikan itu menghendaki adanya filsafat pendidikan yang berlandaskan pada filsafat pengalaman. Rangkaian pengalaman ini ada dua yaitu pertama, hubungan kelanjutan antara dua individu dan masyarakat. Kedua, hubungan kelanjutan antara pikiran dan benda. Ia juga beranggapan layaknya Plato, bahwa tidak ada individu atau masyarakat yang lepas dari yang satu dengan yang lainnya. Dan pikiranya pun juga tidak lepas dari aktivitas mental dan pengalaman.
3) Hans Vaihinger (1852-1933)
Ia adalah seorang filosof Jerman. Ia berpendapat bahwa kata tahu mempunyai arti praktis, kesesuaian dengan objeknya tidak mungkin dibuktikan karena satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya utuk mempengaruhi kejadian-kejadian atau peristiwa di dunia. Maksudnya, bahwa orang yang dikatakan tahu itu kalau sudah penggunaan pengetahuannya. Sehingga juga tahu manfaatnya. Seperti misalnya, kita tahu tentang penggunaan tempe, tapi pengetahuan itu dianggap tidak ada jika selama kita belum mempraktekkan membuat tempe itu.
Sekian artikel dari saya, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H