Mohon tunggu...
Novianti TriutamiNingtyas
Novianti TriutamiNingtyas Mohon Tunggu... Editor - Novianti
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunci kesuksesan adalah bersungguh-sungguh, usaha, do'a, dan restu orang tua

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme dan Pemikiran Tokoh-Tokohnya

8 Mei 2020   05:22 Diperbarui: 8 Mei 2020   05:21 2514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

John Dewey memandang bahwa sekolah merupakan lingkungan masyarakat kecil dan cerminan dari padanya. Ia berpendapat bahwa aliran progresivisme adalah intepretasi atau terjemahan dalam hal pendidikan yang dihubungkan dengan orientasi tahap awal munculnya sebuah tekhnologi di Amerika. Dalam hal pendidikan, menuliskan bahwa pendidikan itu menghendaki adanya filsafat pendidikan yang berlandaskan pada filsafat pengalaman. Rangkaian pengalaman ini ada dua yaitu pertama, hubungan kelanjutan antara dua individu dan masyarakat. Kedua, hubungan kelanjutan antara pikiran dan benda. Ia juga beranggapan layaknya Plato, bahwa tidak ada individu atau masyarakat yang lepas dari yang satu dengan yang lainnya. Dan pikiranya pun juga tidak lepas dari aktivitas mental dan pengalaman.

3) Hans Vaihinger (1852-1933)

Ia adalah seorang filosof Jerman. Ia berpendapat bahwa kata tahu mempunyai arti praktis, kesesuaian dengan objeknya tidak mungkin dibuktikan karena satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya utuk mempengaruhi kejadian-kejadian atau peristiwa di dunia. Maksudnya, bahwa orang yang dikatakan tahu itu kalau sudah penggunaan pengetahuannya. Sehingga juga tahu manfaatnya. Seperti misalnya, kita tahu tentang penggunaan tempe, tapi pengetahuan itu dianggap tidak ada jika selama kita belum mempraktekkan membuat tempe itu.

Sekian artikel dari saya, terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun