Mohon tunggu...
Noviana Prasetya BK
Noviana Prasetya BK Mohon Tunggu... Guru - Guru BK SMP Negeri 3 Tanjung

Tertarik tentang dunia psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice Stop Bullying di SMP Negeri 3 Tanjung

3 Agustus 2023   17:20 Diperbarui: 3 Agustus 2023   17:32 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

BAB I

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bimbingan dan Konseling merupakan proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan pembiasaan belajar di lingkungan sekolah yang baru, sehingga pemahaman Pembiasaan belajaran atau dapat dilakukan dengan baik dan hasil belajar yang optimal  oleh peserta didik.

Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan pedoman POP bimbingan dan konseling . Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang peserta didik. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS).  Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik diperoleh informasi bahwa (a) siswa malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara ceramah (b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan atau Pekerjaan Ruamh (PR). Sebagian peserta didik mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks atau mencontoh temanya.

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan peserta didik untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.  

Setelah melaksanakan pembelajaran Bimbingan dan Konseling  dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model PBL ini diterapkan pada kelas IX  yang lain ternyata proses dan hasil belalajar peserta  didik  sama baiknya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model PBL.

Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan best practice ini adalah kegiatan pembelajaran Bimbingan dan Konseling Kelas IX Standar Kompetensi Kemandirian  Kematangan emosi

Manfaat Kegiatan

Manfaat penulisan best practice ini adalah meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran Bimbingan dan Konseling Kelas IX F Standar Kompetensi Kemandirian  Kematangan emosi secara optimal yang berorientasi HOTS.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan best practice ini adalah untuk mendeskripsikan best practice penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS).

Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas IX F Semester 1 Tahun Pelajaran 2022/2023  di SMP Negeri 3 Tanjung Kabupaten Brebes  sebanyak 35 anak.

Bahan/Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalambest practice pembelajaran ini adalahmateri  kelas IX F Semester 1 Tahun Pelajaran 2022/2023  pada Materi pokok belajar kelompok yang efektif , dengan rincian KD sebagai berikut :

1. Peserta didik mampu merumuskan pengertian  Bullying  ( C6)

2. Peserta didik mampu menentukan sikap  ketika menghadapi/ mengalami Bullying (P5)

3. Peserta didik dapat mengubah perilaku untuk tidak melakukan Bullying (A5)

Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan best practice ini adalah menerapkan pembelajaran Bimbingan Dan Konseling  dengan model pembelajaran problem based learning (PBL).

Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan best practice yang telah dilakukan penulis.

Pemetaan KD

Kompetensi Dasar pada kegiatan ini adalah sebagai berikut :

Membuat generalisasi pentingnya memahamkan Bullying

Peserta didik mendiskusikan pengertian bullying  berdasarkan       pengalaman belajar masing-masing.

Peserta didik dapat menentukan sikap ketika menghadapi atau mengalami bullying

Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi

Peserta didik mampu merumuskan pengertian  Bullying  ( C6)

Peserta didik mampu menentukan sikap  ketika menghadapi/ mengalami Bullying (P5)

Peserta didik dapat mengubah perilaku untuk tidak melakukan Bullying (A5)

Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dipilih adalah problem based learning (PBL).

Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran. Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak PBL.

Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model PBL.

TAHAP PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

ALOKASI WAKTU

Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengajak peserta didik berdoa.

2. Guru memandu peserta didik untuk mengingat materi layanan bimbingan dan konseling yang telah di pelajari sebelumnya

3. Guru Pembimbing  menyampaikan tujuan layanan bimbingan konseling.

4. Guru menyampaikan layanan akan dilakukan dalam kelompok  didik akan memahami materi dengan cara mempelajari dan menemukan sendiri, tidak menunggu dari guru.

5. Guru memandu peserta didik masuk dalam kelompok-kelompok ada 5 Kelompok yang sudah pernah dibentuk.

10

Kegiatan Inti

1. Guru membagikan  lembar kerja peserta didik.1

2. Guru memberikan arahan cara bekerja

3. Peserta didik mengerjakan perintah-perintah yang ada pada lembarkerja peserta didik 1.

4. Guru berkeliling memeriksa aktifitas dalam tiap kelompok. Memberibantuan secara terbatas, kepada kelompok-kelompok yang memerlukan. Misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.

5. Guru mengingatkan bahwa peserta didik mencari jawaban dengan cara mengerjakan perintah-perintah di LKPD secara berurutan.

6. Beberapa kelompok menyajikan hasil kerjanya di papan tulis,kelompok lain diminta memberikan tanggapan serta mendiskusikan jawaban yang paling sesuai.

7. Peserta didik diminta mencari sumber informasi lain untuk mendukung pendapat mereka, antara lain dengan cara mebaca buku atau mencari sumber di internet.

8. Peserta didik bersama guru membuat rangkuman, guru mengingatkan peserta didik untuk membandingkan kesimpulan yang dibuat dengan sumber lain, misalnya buku pengalaman belajar sesorang yang sukses , atau sumber lain termasuk dari internet.

9. Selanjutnya guru menanyakan bagaimana pengalaman mengenai Bullying

10. Guru memberikan contoh macam -macam Bullying

11. Peserta didik merancang tips perilaku yang dilakukan ketika menghadapi situasi bullying

12. Guru berkeliling, dan memberikan arahan bagi peserta didik yang membutuhkan.

13. Guru mengumpulkan hasil rancangan mengenai topik bullying

20

Kegiatan Penutup

1. Guru memberikan refleksi tentang kegiatan pembelajaran hari ini

2. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang paling aktif dan kelompok yang presentasinya bagus sesuai pengamatan guru.

3. Guru memberikan motivasi untuk semangat pada pembelajaran selanjutnya

4. Sebagai pendalaman materi guru memberikan penugasan kepada siswa merancang cara belajar kelompok efektif di rumah .

5. Pelajaran ditutup dengan doa

10

Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 4 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPL, bahan ajar, LKPD, dan instrumen penilaian. RPL disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.

Alat/Instrumen

Lembar Kerja Siswa

Nama :...........................

Kelas : ...........................

Jawablah pertanyaan- pertanyaan di bawah ini :

Ungkapan perasaan anda saat  melaksanaan permainan ular tangga anti bullying

.........................................................................................

..........................................................................................

..........................................................................................

Hambatan-hambatan apa yang dialami saat permaianan ular tangga anti bullying

.........................................................................................

.........................................................................................

...........................................................................................

Jelaskan upaya yang perlu dilakukan setelah melaksanakan permainan ular tangga anti Bullying

.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Waktu dan Tenpat Kegiatan

Best Practice ini dilaksanakan pada tanggal 23 November 2022   dan 30 November 2022  bertempat di kelas IX F SMP Negeri 3 Tanjung Kabupaten Brebes.

BAB III

HASIL KEGIATAN

Hasil 

Hasil yang dapat diilaporkan dari best practice ini diuraikan sebagai berikut.

Proses pembelajaran Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL berlangsung aktif. Peserta didik menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.  

Pembelajaran Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge.

Setelah merasakan pengalaman belajar kelompok yang efektif melalui LKPD, peserta didik  terlibat langsung proses mencari solusi ketika menghadapi bullying, merancang hal-hal untuk menghindari bullying dan peserta didik aktif bertanya, diskusi dan juga menulis. Dan semua itu dilakukan dengan senang dan gembira, semua peserta didik dalam kelompok aktif dan kreatif.

Setelah selesai, peserta didik juga terlatih untuk presentasi dari hasil diskusi kelompoknya serta kelompok yang lain menanggapi dengan aktif.

Penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan peserta untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi masalah yang dibahas dalam pembelajaran khususnya saat presentasi.

Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana peserta didik dapat menyelesikan tugas pada lembar kerja ; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru.

Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran bimbingan dan konseling  berorientasi HOTS dengan menerapkan PBL ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang merancang pembiasaan belajar di sekolah baru melalui sarana LKPD dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis.

Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL yang diterapkan dengan menyajikan permasalahan atau contoh kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah.

Sebelum menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan. Jenis contoh yang digunakan juga berdasarkan pengalaman belajar siswa.

Dengan menerapkan PBL, peserta didik tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.

Masalah yang Dihadapi 

Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didik belum terbiasa belajar dengan model PBL. Dengan tujuan untuk mendapatkan pembiasaan belajar yang optimal yang baik guru selalu menggunakan metode diskusi dan tanya jawab, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.

Masalah lainnya adalah guru tidak mempunyai kompetensi yang memadai untuk membuat video pembelajaran. Padahal selain sebagai media pembelajaran,. Video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.

Cara Mengatasi Masalah 

Agar peserta didik yakin bahwa pembelajaran Bimbingan dan Konseling dengan PBL dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa,dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat siswa mau belajar dengan HOTS.

Kekurangmampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

 

Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Pembelajaran Bimbingan dan Konseling dengan model pembelajaran Problem Based Learning layak dijadikan best practice baik pembelajaran berorientasi HOTS  karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.  

Dengan penyusunan rencana pelaksanaan layanan (RPL) secara sistematis dan cermat, pembelajaran Bimbingan dan Konseling dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model pembelajaran problem based learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.

Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang peserta didik dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.

Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu siswa melakukan pembiasaan belajar di sekolah yang baru secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa).

Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan best practiceini akan menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun