"Wajahnya makin cantik saja." Hatinya berbicara.
Keduanya saling bertatapan. Terdiam. Kemudian saling menangis bahagia, akhirnya bertemu.
"Apa kabar ?" Wanita itu bertanya sambil menangis.
"Aku baik-baik saja, Sayang." Lelaki itu pun wanita yang sudah lama dirindukannya.
"Aku rindu." Ia semakin terharu dan tersedu.
"Jangan nangis terus, kan sekarang sudah bertemu." Ia mengusap kepala wanita itu.
"Tau tidak ? Sekarang Nara anakmu sudah bisa menghafal 15 Juz." Iya menatap lelaki itu dalam-dalam.
"Oh iya ? Aku sangat bahagia mendengarnya. Makasih ya, sudah menjaganya selama ini." Lelaki itu mengecup perlahan.
"Dan tau tidak ? lampu depan yang selalu terlupa untuk kumatikan, sekarang rutin mati. Tapi ya Nara yang mengingatkanku." Wanita itu berbicara sambil sedikit tertawa.
"Ah kamu. Dulu sudah kuingatkan untuk mematikan lampu depan, setiap hari selalu kuingatkan. Nara memang anak yang bisa diandalkan ya!" Ia mengusap kepala istrinya sambil tersenyum.
"Berapa tahun ?" Wanita itu bertanya.
"5 tahun." Ia kembali memeluk istrinya yang sudah lama tidak bertemu dengannya.
"Bagaimana kabar John, kucing belang yang kamu pungut dari pasar dulu?" Iya menambahkan pertanyaan sambil tetap memeluk.
"Dia selalu tidur dan bangun saat lapar saja. Seperti yang kau tahu, dia suka mengejar-ngejar Pretty kucing sebelah rumah." Wanita itu tertawa.
"Apakah dia menemanimu?" Lelaki itu kembali bertanya.
"Iya. Selama tidak ada kamu, aku bersamanya. John memang kucing yang setia dan pintar. Tapi, ia pergi setelah 2 tahun kepergianmu." Wanita itu pun bersandar pada suaminya.
"Lalu setelah itu kucing warna apa lagi yang kamu rawat ?" Lelaki itu antusias untuk mengetahui cerita istrinya.
"Ada, warna putih dan oren namanya Lusi. Aku menamainya saat masih kecil. Ternyata, saat sudah besar ia menjadi kucing cowok." Wanita itu menjawab.
"Hmmmmm. Nama yang bagus walau sedikit tak cocok." Lelaki itu terkekeh.
"Iya. Tidak cocok memang." Wanita itu pun ikut terkekeh.
"Nara pun sepertiku. Sayang pada hewan di sekitarnya. Sampai-sampai saat Lusi sakit, Nara yang menangis. Kasihan katanya." Sambil tersenyum bercerita.
"Hatinya lembut sepertimu, Sayang." Keduanya menempelkan hidung masing-masing.
----
Lama tak bertemu, keduanya berbincang. Saling meluapkan apa yang selama ini tertunda untuk disampaikan. Keduanya berlarian di padang yang amat sejuk. Rumput begitu luas nan hijau. Ada sungai yang amat jernih, mengalir, dan gemercik terdengar. Tak ada tempat yang seindah ini menurutnya.Â
----
"Nara pasti tambah cantik seperti kamu." Lelaki itu mencubit pipi istrinya.
"Iya. Kan aku ibunya." Wanita memeluk manja.
"Coba lihat ini, bunganya begitu harum dan warna warni. Tak ada hujan, setiap harinya sejuk dan menenangkan. Segala yang kamu butuhkan ada di sini. Mau makan apapun, tinggal bilang ke pelayan di sini. Aku telah lama di sini. Namun, aku merindukanmu. Merindukan Nara." Lelaki itu bercerita.
"Iya sepertinya di sini memanglah tempat paling sempurna ya." Ia tersenyum.
"Hmmmmm begitulah." Lelaki itu mengangguk pelan.
"Apa ada yang menjaili anakku ?" Lelaki itu menatap tajam istrinya, seperti tidak ingin anaknya disakiti oleh siapapun.
"Tidak ada. Nara anak yang baik. Ia memiliki banyak teman. Seperti kamu, ia senang sekali ke Gramedia dan mengkoleksi buku terbaru dari sana. Sekarang perpustakaan kita sudah hampir penuh dengan koleksi buku kita." Wanita itu menjelaskan.
"Salam untuk Nara. Sampaikan padanya bahwa ayahnya yang gagah dan ganteng ini sebenarnya juga rindu. Namun, memang belum saatnya untuk kembali bertemu." Lelaki itu perlahan mulai melepaskan genggamannya.
"Aku ikut denganmu." Wanita itu mencoba untuk kembali erat menggenggamnya.
"Jangan. Kamu harus terus menjaga Nara, hingga ia dewasa nanti." Ia tersenyum pada istrinya.
"Aku sendiri ?" Tanya wanita itu.
"Ada Nara yang akan menjagamu saat tua nanti." Lelaki itu menjawabnya.
"Jangan pergi. Mengapa kau tak ajak aku dan Nara bersama-sama di sini ?" Wanita itu mulai menangis.
"Akan ada saatnya."--
Keduanya terpisah, seperti subuh lalu dimana seseorang yang bernama Juan Putra Hardian dinyatakan meninggal dengan kondisi tertidur dan tersenyum. Tanpa keluhan apapun.Â
Istrinya pun terbangun dari koma yang menimpanya selama 3 hari. Nara menangis memeluk ibunya. Nara sangat bahagia melihat ibunya telah sadar dari koma.
"Nara.." Ibu itu mengusap jilbab anaknya.
"Ibu.... Alhamdulillah ibu bisa sadar kembali." Nara memeluk ibunya erat.
Ibu itu terdiam dan hanya menangis melihat anaknya Nara telah tumbuh besar. Ia sangat bersyukur telah berjumpa dengan suaminya. Dan kini, ia kembali menjaga Nara anaknya. Tuhan mempertemukan dengan cara yang direncanakannya. Ia pun memeluk Nara dan berjanji akan terus menjaganya sampai hafal 30 juz dan kembali bersama suaminya di tempat yang sangat indah.
------Selesai-------
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI