Cerita hujan
Tak adakah kini penerus pencerita kala hujan?
Nampaknya kini para pujangga lelah menyemai cerita
Sayang, hujan hingga akhir bulan kesembilan ini sia-sia tanpa goresan pena
Banyak sekali cerita hujan
Namun tak banyak pujangga tuliskan dengan pena usangnya
Â
Tentanh cerita hujan, siapa tak punya
Bahkan saat ini, pikiran  terus berlari-lari dalam angan, tentang cerita hujan
Mereka mengingat cerita kala hujan turun
Â
Cerita hujan, engkau tak bisa kuabaikan
Biarlah mulut menyela tawa, dan mata menindas luka
Cerita hujan tetap dalam kenangan
Tak lupa saat hujan, dia pujaan menggumam rindunya yang mesra
Memikirkan masa depan dengan kasihnya
Â
Cerita hujan, masihkah dia ingat semua?
Atau mungkin telah tersingkir oleh peliknya jaman di depan mata
Cerita hujanku, kau dan kasihmu kubiarkan ada dan dikenang para pecinta kata
Tak terkecuali sang pujangga
Dalam bungkus bahasa sastranya
30.09.16 20:42
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H