Sebagian besar orang tentunya membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling membantu, berkomunikasi dengan baik dan lain sebagainya. Tak jarang akan menjalin kasih dengan lawan jenis untuk dapat mendapatkan kasih sayang, mendambakan kebahagiaan, dan perasaan saling cinta, akan tetapi realitanya masih banyak orang yang terjebak dalam Toxic relationship baik di sadari maupun tak mereka sadari. Hubungan yang tidak sehat ini tidak hanya terjadi pada remaja yang sedang kasmaran saja, akan tetapi hubungan seperti orang tua dan anak, persahabatan, rekan kerja di kantor dan lain lainya.
Toxic relationship merujuk pada hubungan yang ditandai oleh manipulasi, kontrol, penyalahgunaan emosional dan memberikan banyak pengaruh bagi pasangan baik bagi fisik maupun psikologis atau kesehatan mental individu yang cenderung menyebabkan terjadinya konflik batin dalam diri sendiri yang mengarah pada depresi, marah dan kecemasan yang berlebihan serta merasakan kesulitan untuk hidup sehat dan produktif.
Ketika seseorang sedang menjalani hubungan yang tidak sehat, mereka cenderung tidak sadar jika berada dalam hubungan yang toxic (Julianto et al., 2020). Sampai mereka merasakan rasanya terkekang dan sulit untuk menjadi diri sendiri. Hubungan seperti ini tentunya akan berdampak serius bagi kesehatan mental seseorang. Berikut beberapa dampak berbahaya dari toxic relationship yang perlu diwaspadai.Â
1. Distress emosional
Toxic relationship sering melibatkan kritik konstan, merendahkan, dan perilaku yang merendahkan martabat. Hal ini dapat menyebabkan salah satu pihak merasakan rendah dan mempertanyakan nilai dirinya. Distress emosional yang disebabkan oleh hubungan toksik dapat menyebabkan gejala kecemasan, depresi, dan perasaan tidak berharga.
2. Tingkat stres yang tinggi
Hubungan toksik sering ditandai oleh konflik dan volatilitas yang konstan. Stress kronis yang berasal dari hubungan seperti ini dapat menyebabkan berbagai gejala fisik dan psikologis, termasuk sakit kepala, insomnia, kelelahan, dan kesulitan berkonsentrasi. Paparan yang lama terhadap tingkat stress yang tinggi juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat individu lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
3. Isolasi dan kesepian
Hubungan toksik sering melibatkan taktik manipulasi dan kontrol, yang dapat mengisolasi individu dari sistem dukungan mereka seperti teman dan keluarga. Isolasi sosial dan kesepian yang timbul dapat berkontribusi pada perasaan putus asa, rasa tidak berdaya, dan lebih memperburuk kesehatan mental.
4. Citra diri negatif
Dalam hubungan toksik, individu sering kali dikenai kritik yang konsisten dan manipulasi psikologis. Seiring waktu, hal ini dapat merusak citra diri mereka dan menyebabkan keraguan diri. Mereka mungkin mulai meminternalisasi keyakinan negatif yang ditujukan kepada mereka, sehingga menghasilkan persepsi yang menyimpang terhadap diri sendiri dan kemampuan mereka.
5. Gangguan stres pasca trauma (PTSD): Individu yang telah mengalami penyalahgunaan atau trauma yang parah dalam toxic elationship dapat mengembangkan gangguan stres pasca trauma. Gejalanya mungkin termasuk kilas balik, mimpi buruk, hiperwaspada, dan perilaku penghindaran. PTSD dapat sangat mengganggu fungsi sehari-hari.Â
Kesimpulannya toxic relationship merupakan hal yang tidak dapat kita sepelekan, penting bagi individu yang mengalami hubungan toxic untuk mencari dukungan dan bantuan profesional guna mengatasi dampak yang merugikan ini dan memulihkan kesehatan mental mereka. ingat kalian yang terkungkung di lingkaran tersebut tidak lah salah dan kalian tidak lah sendirian. Dengan satu langkah berani untuk keluar dari hubungan tidak sehat kalian akan mendapatkan kehidupan yang lebih nyaman dan aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H