Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan yang Asing

25 September 2018   11:32 Diperbarui: 25 September 2018   12:08 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara terik , kering kerontang hinggap di dada semesta

Kemarau masih menyapa.

/

Namun pemandangan itu adalah keteduhan di keningku

Ketika aku tengah berlari menjauhimu

Tentu saja , hujan yang turun adalah bak malapetaka

/

Bagaimana mungkin harus tersentuh  rinainya

Jika  tiap tetes yang menghujam, turun seiring ingatan tentangmu

Pelarianku pun kini menuju puisi-puisi sepi. Yang tertutup rimbun patah hati

/

Berepisode-episode telah  ku putar nada-nada penguat

Agar aku tak hanyut, larut oleh luka sebab melupakan

Tapi hal itu hanya bertahan sebatas satu tarikan nafas

/

Sebelumnya aku menggilai hujan. Karena hujan kerap menjadi kita

Semisal,

Ketika kita berlari membelah jalanan, mencari sebuah alamat. Saat itu hujan

Ingat,kah ?

/

Tapi kini aku bukan lagi penggemar tangisan langit

Karena,

Hujan adalah dirimu yang memilih menjadi orang asing

Hujan adalah diriku yang  melepasmu menjadi orang asing

Kini kita dua orang asing yang enggan menyapa

*terik ditanggal 25 Sep 18

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun