Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjadi Air

23 September 2018   20:45 Diperbarui: 23 September 2018   21:06 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir akhir ini. Makin banyak manusia

Yang berbicara dengan bahasa yang kabur. Abu-abu

Bahasa yang tak berdasarkan hati dan nurani

Bahasa yang hanya dimengerti oleh kepentingan diri

Terganggu karenanya. Aku memilih menjadi air

Yang mengalir meresap. Kedalam tanah diam-diam

Bergabung bersama akar. Yang bernama dikotil dan monokotil.

Bersama mereka aku merasa lebih memahami bahasa-bahasa semesta

Seperti, bagaimana humus memanjakan tanah. Menjadikannya subur berguna

Dengan menjadi air, banyak pemahaman yang mampu kuurai

Semisal ketika aku mencintai seseorang. Bukan hanya bicara cinta yang tunggal

Yang tak siap untuk tanggal

Yang tak siap untuk kalah

Ada kalanya cinta menjadi gaduh ketika berada dalam pilihan diam

Diam yang bukan tenggelam

Air tak mempermasalahkan akan meresap di celah bumi yang mana

Yang tandus, kah ?

Yang lembab, kah ?

Air tak membutuhkan bahasa. Terlebih bahasa yang kabur

Pun demikian cinta. Tak membutuhkan angka-angka

*merdeka di tanggal 24 Sep. 18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun