"Eits, jangan senang dulu. Terlepas dari apapun alasanmu, aku tetap berharap kamu menghentikan kebiasaanmu menghisap tembakau. Kecuali tembakau yang kau pakai adalah produksi Dr Gretha Zahar. Karena tembakaunya minim nikotin. Hahaha"
"Ah...plin plan!" gerutunya.
***
"Kepada para seluruh penumpang jurusan Kendari, pesawat anda telah siap. Dipersilahkan untuk memasuki pesawat melalui pintu F-18 dengan menunjukan boarding pass dan kartu identitas anda. Terima kasih"
Seiring pengumuman dari staff counter airlines, lamunanku tentang dia dan tembakaunya pun menguap.
Kubetulkan letak rangselku. Dan mempersiapkan boarding pass serta kartu identitasku. Kulirik kakek tua pemegang rokok linting, tak ada lagi terselip tembakau di sela jari jarinya.
"Aku boarding, ya" ku kirim pesan singkat padanya. Sambil menunggu antrian masuk pesawat.
"Iya. Aku lagi di rumah Mbah Jaliteng. Kami tengah melinting rokok untuk melekan nanti malam sembari melihat wayang orang." Sms balasan darinya
"Ok. Jangan terlalu lama bercumbu dengan tembakau, sisakan cumbuanmu untukku. Aku off. Sudah dalam pesawat." Ponsel langsung kumatikan tanpa menunggu jawaban darinya.
"Akhirnya aku berada dalam burung besi juga" Aku berseru dalam hati. Dan Sepertinya aku kembali "berjodoh" dengan kakek penggemar rokok linting itu.
Setelah di ruang tunggu kami duduk bersebelahan, kini dalam pesawat kami pun duduk bersebelah.