Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesekali Kamu Harus "Bercumbu" dengan Asap Tembakauku, Sayang

15 Maret 2018   09:33 Diperbarui: 15 Maret 2018   09:45 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Idihhhhh, sekarang emang aku ga tau. Tapi, sebentar ini, nih, akan ku browsing sosoknya. Lihat saja!" ancamku.

"Ga usah. Itu berat. Kamu bakal pingsan kalau sudah mengenal sosok Beliau. Biar kuceritain aja, ya. Itung-itung membantumu, menghemat kuota biar ga browsing-browsing. Hahaha" tawanya begitu lepas dan renyah.

"Bodo" jawabku ketus, sambil mengambil buku dalam tas.

 "Ehm, jadi begini Ay, Dr Gretha Zahar adalah ahli fisika. Dia wanita hebat, Ay. Sama seperti kamu. Dia hebat dalam bidang fisika, sementara kamu hebat memarahiku jika aku belum bisa berhenti merokok. Hahaha" lagi-lagi dia tertawa renyah.

"Nah, menurutnya tembakau bukanlah racun terkutuk yang harus dimusuhi habis-habisan. Bahkan di dalam peradaban suku-suku bangsa Indian, tembakau dianggap obat.  Malah tembakau di negara Perancis di panggil dengan nama Panacea, dalam mitologi Yunani, Panacea adalah Dewi Penyembuh. Bahkan seorang dokter dari Jerman, Michael Berhard Valentini, menyatakan bahwa tembakau memiliki daya alami yang berguna bagi pengobatan medis. 

Kembali tentang Dr Gretha Zahar, beliau ini bisa dikatakan mirip tabib, karena beliau gigih menyembuhkan para pasien kanker dengan metode tembakaunya. Dengan disiplin ilmu biologinya, beliau menciptakan sesuatu untuk meluruhkan nikotin dalam tembakau. Sehingga tembakau menjadi aman di konsumsi, untuk dijadikan pengobatan alternatif bagi para pasien kanker atau lainnya. Begitu, Sayangku." Katamu. Ada nada kemenangan yang ditekankan pada akhir kalimatnya.

Sebenarnya sejak tadi aku tidak sungguh-sungguh membaca, mataku hanya terpaku pada satu halaman saja, telingaku terusik oleh apa yang dia sampaikan. Tentang Dr Gretha-lah, dokter dari Jerman-lah, tentang Panacea si Dewi penyembuh-lah dan tentang tembakau yang melalui disiplin ilmu biologi bisa aman dikonsumsi.

Kututup bukuku. Meletakkannya acak di sampingku.  "Ehm" entah mengapa pembahasan tembakau kali ini sangat mengusikku. "Mungkin sebelum menemuiku, dia mencari referensi lain tentang tembakau, agar rengekanku memintanya berhenti merokok bisa di tawar" batinku.

Melihat responku yang tidak seperti biasanya, dia makin bersemangat melanjutkan argumennya tentang tembakau. "Dan harus kamu tahu, Ay. Bahwa dalam selinting rokok tembakau ada nilai budaya masyarakat kita. Kamu sering lihat, kan, film hantu buatan dalam negeri,  yang hantunya seksi dan semok terus fashionable" katamu sambil melirik usil ke arahku.

Reflek kulempar pulpen ke arahnya. Lemparanku mengenai pundak kanannya, namun diacuhkannya.  "Nah kalau kamu sering lihat, kan suka ada tuh dukun atau 'orang pintar' sebagai pengusir hantu atau roh gentayangan, terus mereka nyediain sajen. Nah di sajen itu suka ada rokok kretek tembakaunya. Jangan kamu lihat rokoknya, tapi lihat betapa keberadaan tembakau sangat dibutuhkan untuk mengenapi sebuah ritual budaya. Sebuah upacara tradisional. Dan jika bicara tentang tradisi berarti kita bicara tentang sebuah masyarakat dan adat istiadatnya yang di anggap suci atau sakral. Terus..."

Dengan kekuatan cahaya, langsung kupotong pembicaraannya "Stop !!! Wuah, merembetnya panjang kali lebar. Padahal aku cuma minta kamu berhenti merokok. Pointnya itu. Kenapa pembahasannya jadi berat begini." Tanyaku. Rasanya ingin ku garuk kepalaku yang tidak terasa gatal. Kamu hanya cengar cengir. Tak menjawab apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun