Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesekali Kamu Harus "Bercumbu" dengan Asap Tembakauku, Sayang

15 Maret 2018   09:33 Diperbarui: 15 Maret 2018   09:45 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba ada rasa paling lucu hinggap di ingatanku. Dan aku ingin tertawa terbahak-bahak, sambil berteriak "Hei ! Kakek tua, kegemaranmu pada rokok linting ada yang ngembarin, lo!"

Kukulum senyumku. Dan memoriku terjerat seraut wajah

***

Dengan gemas, ku hempaskan tangannya dari pundakku. Aroma tembakau di jarinya sangat mengangguku.

Dan seperti biasa, urusan tembakau adalah debat rutin kami setiap hari. Dia yang pecinta tembakau vs aku yang antipati dengan tembakau.

"Aduh, Sayang. Aku tuh merokoknya tadi malam. Kan, sudah jadi aturan wajib kalau kita mau ketemuan jadwal merokokku harus di majukan lebih awal...he..he.." katamu tanpa rasa berdosa. "Tapi kok masih bau, ya. Padahal aku udah cuci tangan, loh." katamu sembari mencium-cium jari jarimu sendiri.

Sebenarnya ini nampak lucu, tapi ku coba menahan tawa. Tapi aku memilih untuk tetap acuh dan ketus, sebagai penegasan bahwa sebenarnya aku ingin dia berhenti merokok. Total. Terlepas dia bilang, rokoknya made in sendiri alias rokok yang nglinting sendiri bukan rokok buatan pabrik. "Rokok kok ada softeknya" katamu mengibaratkan rokok buatan pabrik yang pada bagian atasnya terdapat seperti kapas.

Namun walau sekeras apapun usahaku mengkampanyekan gerakan anti rokok padanya, dia tetap saja santai seperti di pantai.

"Semua yang Tuhan ciptakan di dunia ini pasti mempunyai manfaat, tak terkecuali tembakau. Iya, tembakau, daun kering yang di potong-potong kasar lalu bentuk akhirnya menyerupai teh hijau yang biasa kamu seduh tiap pagi. Yang katamu, konon rajin mengkonsumsi teh hijau bisa menurunkan berat badan sekaligus menangkal radikal bebas bagi kulit."  ucapmu sambil mencubit pipiku, gemas.

Aku hanya mengerucutkan bibirku. "Duh, teori apalagi yang akan dia pakai untuk mematahkan ultimatumku" kataku dalam hati.

"Kamu pernah dengar tentang sosok bernama Dr. Gretha Zahar ?" tanyamu. Aku hanya memandangnya dan mengeleng sambil mengedipkan mata beberapa kali. Dia tertawa lalu mengacak acak rambutku "Kamu, beneran ga tau, ya? Padahal dia sosok fenomenal, lo. Itu sih kalau terlalu benci ama tembakau, sampai ga updateberita kekinian" tanyamu dengan nada sombong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun