“...aku ingin menemani sunyimu
melahapnya berdua denganmu
hingga riuh tak punya pilihan
selain mendatangi kursi
tempat kita bercengkrama...”
***
Sudah habis ribuan detik mataku melahap habis gambarmu. Menatapnya kemudian mengucapkan rangkaian abjadnya dengan tenang. Menjaga namamu agar aman berada di bibirku.
Kita memang berada di planet yang sama, Bumi. Namun kita ibarat sepasang kutub magnet. Bersama namun berjauhan. Kau di utara dan aku di selatan.
Hampir setiap hari ku susun siasat, bernego dengan syak wasangka. Seumpama seni origami, aku belajar melipat jarak tanpa harus membuat kerut.
Tak ingin kubiarkan awan syak wasangka berada teduh di atas kepalaku. Tak akan kubiarkan mereka mengikatku erat laksana tawanan. Tak akan kubiarkan mereka merantaiku dengan pikiran “mungkin” dan “andai”. Tak-Akan.
Berada bersebrangan denganmu. Membuatku candu pada kopi. Bukan pada teguk demi teguknya. Namun pada aromanya, ya, aromanya.