Setiap badai rindu datang menerpa. Selalu kupinjam ruar-ruarnya. Menghirupnya sedalam mungkin. Lalu membiarkan rindu di dadaku mengeja sendiri kesepiannya.
Biasanya setelah itu, aku menangis. Betapa namamu syahdu di bibirku, namun menjadi resah di dadaku.
Menjaga gambar serupa kita agar tetap menjadi kita, tentu bukan hal yang mudah. Karena sebuah pameo “...yang istimewa akan terkalahkan oleh yang selalu ada..” sering bergelayut dalam benak kita masing-masing.
Namun, bukankah itu adalah resiko ? Resiko sebuah keputusan bersama milik kita. Yaitu saling menitipkan hati.
Kepada hati yang ku harap takkan menjadi purba,
Kepada hati yang ku ingin selalu kanak-kanak,
Sini, bacalah ini !
Oil City 29 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H