Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Harga Naik, tapi Kalau Promosinya Masih Berseliweran? Sama Saja!

21 Agustus 2016   12:46 Diperbarui: 21 Agustus 2016   13:03 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali pada makin maraknya iklan rokok, bagi diri saya pribadi sich tidak masalah. Toch sebuah produk selalu membutuhkan media sebagai alat promosinya. Namun alangkah baiknya jika media promosi rokok juga mempunyai media tandingan melawan rokok. Artinya pihak media juga harus marak menayangkan efek buruk merokok dan asap yang dikeluarkannya. Bahwa merokok itu bisa membawa efek buruk bagi orang yang tidak merokok. Intinya memberi ketegasan bahwa bukan hanya si perokok yang rugi, si penghisap asap rokok pun ikut rugi.

Seperti tayangan iklan yang pernah saya lihat. Iklan yang diluncurkan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama Wolrd Lung Foundation. Gambaran seorang ibu yang bukan perokok namun harus kehilangan suaranya karena terkena kanker pita suara. Yang harus  berkomunikasi menggunakan papan tulis. “Saya penderita kanker pita suara, Karena sering terpapar asap rokok, Walaupun saya tidak pernah merokok”

Jadi, apakah dengan munculnya ide menaikan harga cukai rokok dianggap mampu menurunkan grafik perokok di negeri ini ? Sementara dari awal, pemerintah agak-begitu-fleksibel dalam hal promosi rokok. Katanya dibawah umur 18 tahun harus jauh-jauh-an ama produk rokok, namun produk rokok iklannya berseliweran di mana-mana. Malah etalase toko memajang bebas aneka produk rokok di area kasir.

Lantas apakah kebijakan menaikan harga cukai rokok juga dibarengi dengan kebijakan penertiban iklan rokok atau kebijakan pemerintah pada pihak penyelenggara musik.

Yaaa...kita lihat saja nanti. Harapan saya mah, kebijakan yang diambil tidak makin menambah daftar pengangguran atau “melumpuhkan” kearifkan lokal tentang tembakau.

Salam.

Oil City 21 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun