[caption caption="https://encrypted-tbn1.gstatic.com"][/caption]Sesaat kau pergi, aku menjelma bunga
yang kehilangan musim seminya
laksana musim yang tak lagi mendapat berkat dari semesta
rapal-rapal kutukan mengudara, menggugurkan kelopak yang hendak merekah
*
Lalu, helai demi helai kelopak yang layu itu melayang
luruh mencium aroma tanah. Layaknya muda mudi
mereka begitu khusyuk bercumbu
saling memagut duka yang kian lembab
*
Sesaat kau pergi, aku tahbiskan lautan waktuku
pada musim meranggas yang liar
dengan sengaja kukeringkan danau teduh di dua netraku
mengurasnya menggunakan cawan yang terbuat dari duka yang membatu
*
Tak ada pengingkaran, ketika seorang pecinta
mulai berhadapan dengan sekawanan kehilangan
rintihannya melebihi kesakitan para prajurit yang terbelenggu
pekat gulita harinya melebihi hitamnya arang
*
Sesaat kau pergi, aku memenjarakan impianku
menggurung mereka, merantai mereka, kuat dan erat
sebab, sesaat kau pergi
aku berkawin dengan putus asa
Oil City 24-03-16
Puisi ini terinspirasi dari film India berjudul “Devdas” , produksi tahun 2002.
[caption caption="The Rumpies Logo"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H