Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menurut pada Mamak

4 Januari 2016   22:09 Diperbarui: 4 Januari 2016   22:57 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Nanti agak sedikit sakit. Tapi kamu jangan teriak ya. Malu di dengar orang-orang. Semoga kamu menjadi istri yang soleha, Anakku” Mamak mengecup keningku dan beranjak dari sisi pembaringanku. Melangkah keluar kamar meninggalkanku yang kebingungan. “Apa yang sakit?” batinku.

Aroma sabun menyeruak bersamaan dengan munculnya Amir. Aku menjadi malu-malu melihat Amir tiba-tiba melepaskan kaosnya. Aku menutup mata dengan kedua tanganku. Dadaku berdegup sangat kencang.

Amir mendatangiku, kedua tangannya melepaskan telapak tanganku yang menutupi wajahku “Yuk, ini kan malam pertama kita” katanya tanpa canggung. “Kamu diam dan nurut saja, ya” katanya sambil merengkuhku.

Aku sungguh-sungguh diam. Airmataku meleleh, saat terasa ada yang perih dan panas. “Jadi ini kata Mamak tadi. Agak sedikit sakit” batinku.

Semua berlalu begitu cepat. Dan terjadi tanpa ada yang bertanya padaku “Apakah aku bahagia” atau “Apakah kamu senang sudah  menikah, dan menjadi seorang istri?”

Tidak ada yang bertanya begitu.

Setelah menikah, Mamak malah sibuk menyuruhku belajar memasak ini dan itu, menurutnya seorang istri harus pintar memanjakan perut suami. Mamak juga sibuk menyuruhku meminum jamu ini dan itu, menurutnya urusan ranjang adalah paling penting. Bahkan Mamak juga sibuk membawaku ke beberapa dukun urut, katanya aku harus sering-sering membetulkan letak kandunganku agar lekas hamil, menurutnya perempuan yang menikah harus segera punya anak. Jika tidak, maka suami akan berpaling pada perempuan lain. Menurutnya harus begini. Menurutnya harus begitu.

Ah, ternyata seperti ini rumitnya menjadi seorang istri. Semuanya demi suami. Apa-apa demi suami.

*

Hatiku mulai menjerit. Seolah-olah aku telah dipasung pada dunia baru yang belum seharusnya kumiliki. Rasa-rasanya Mamak dan Ijab Kabul dari Amir, menyeretku pada siklus waktu yang belum semestinya.

Aku kehilangan tawa kanak-kanakku. Aku kehilangan canda riang ke-bocah-anku yang seharusnya masih bermain boneka dengan teman sebayanya. Aku kehilangan waktu untuk mempelajari diriku sendiri. Memahami berbagai alasan mengapa seorang perempuan harus memiliki buah dada, harus mendapat siklus bulanan setiap bulan, harus menjaga kebersihan organ intimnya dan hal-hal lain seputar perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun