Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menurut pada Mamak

4 Januari 2016   22:09 Diperbarui: 4 Januari 2016   22:57 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mamak selalu berpesan padaku bahwa seorang perempuan harus menjaga kehormatannya dari tangan lelaki. Tetapi mengapa Mamak diam saja, ketika melihat Amir meletakkan tangan kanannya di pahaku. Bukankah paha adalah area yang berdekatan dengan kehormatan seorang perempuan ? tanyaku dalam hatiku.

“Mak, Aku mau pipis,” bisikku pada Mamak yang sibuk mengoyang-goyangkan kipasnya. Kepanasan. Bibirnya yang berlisptik merah menyala tak henti menebar senyum pada setiap tamu yang hadir. “Makkk,” kataku lagi dengan intonasi agak tinggi.

Mamak menoleh. Masih dengan senyumnya yang berbalut lisptik merah.”Apa?” tanyanya sambil menyorongkan telinganya.

“Mau pipis,” kataku lagi.

“Pipis ?” kening Mamak berkerut. “Nanti saja, masih banyak tamu. Nanti kalau kamu pergi pipis. Gimana kalau ada tamu mau salaman” katanya. Tanpa melihat kepadaku.

Aku merengut. Kakiku sedikit ku hentakan. Mamak langsung melirikku “Jangan seperti anak kecil” katanya.

Begitulah aku, sebagai seorang anak yang hidup dalam lingkungan yang menurut orang-orang religius. Aku di doktrin bahwa akan menjadi sebuah dosa besar jika seorang anak membantah pada kehendak orangtua. Dan jika doktrin ini dilanggar, maka neraka adalah imbalannya.

Alhasil, sepanjang duduk di kursi pelaminan. Aku menahan dua hal membingungkan. Sikap Amir padaku. Dan rasa nyeri di perut bagian bawahku, sebab menahan pipis seharian.

*

Akhirnya pesta pun usai. Aku dan Amir digiring Mamak menuju kamar, katanya kamar pengantin. Saat Amir pamit mandi. Aku bertanya pada Mamak “Mak, nanti aku bobo ama Mamak ya.” Mamak tertawa. Namun tak berkata apapun.

“Mak, aku bobo ama Mamak ya” aku mulai merengek. Namun, lagi-lagi Mamak tidak mengatakan apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun