Melihat putri menangis, sang dayang pun segera bergegas, menghampiri nya, menyodorkan sapu tangan bapucuk ampat, bapucuk nya di makan api..( kok jadi nyanyi ).
‘Silahkan putri, usaplah dengan ini ‘.
‘Terima kasih Aya, kau memang sungguh pengertian ‘ .
Sementara sang putri sibuk mengusap sisa air mata dan sisa ingus, tanpa di sadari, mata dayang Aya dan sang paduka saling bertemu. Tatapan kedua-nya seperti ada sesuatu.
‘ Romo ‘ sang putri mendekati paduka.
‘ Iya anakku ‘.
‘ Mengenai hal yang romo utarakan tadi, apa yang harus ananda lakukan ‘.
‘ Ehmmm..anu anakku ‘ tiba-tiba sang paduka seperti kebingungan.
Lalu tangan kirinya mengibas, pada patih gajah bengkak Edi dan dayang Aya, isyarat agar meninggalkan mereka.
‘Ehh, nganu anakku, ehhmmmm romo pengen menikah lagi ‘ sambil malu-malu dan mlintir-mlintir jenggot, mengutarakan maksud dan tujuannya. Berharap agar putri Dorma bisa segera melamarkan gadis pujaannya. Sosok gadis yang centil, sedikit tengil tapi pinter cabut uban dan pintar pijit.
#Sudah ku duga, pasti romo minta kawin, ucap putri Dorma dalam hati#