"dari sayap-sayap burung kecil itu
berguguran sepi, sepi ku
saat terhenti di sebuah taman kota ini
daun jatuh di atas bangku, bagai mimpi
di antara datang dan suatu kali pergi
beribu lonceng berbunyi
kekal sewaktu bercakap kepada hati
lalu kepada bumi. Disini aku menanti"
-Sebuah Taman Sore Hari-
(Sapardi Djoko Darmono)
***
Di ceritakan alkisah seorang perempuan yang saat ini lebih memilih untuk mencintai aroma tanah basah selepas hujan.
Daripada harus memejamkan mata kemudian pada pelupuknya tergambar kisah kenangan, yang makin tawar dan jauh dari rasa manis.
Rupanya, waktu yang kian berkarat sudah mengenyahkan sejuknya pagi, yang mengingkari dirinya sendiri.
Lantas, bagaimana sebuah rindu di pagi hari akan merekam jejaknya sendiri bila kini tak bertuan ?
***
Kerap kali bertanya, andai saja sebuah rindu bisa di olah dalam secangkir kopi pahit yang sudah bercampur manisnya gula, tentu perempuan itu tak akan merasa bak di rejam rindu tak bertuan.
Gerimis yang dulu pelan-pelan membuatnya jatuh cinta pada lelakinya, kini sudah menyaru sebagai badai yang angkara.