Pergulatan itu abadi. Â Bahkan sampai anak-anak menjemput dewasa. Satu persatu anak-anak menikah, termasuk aku, lalu meninggalkan rumah ibu untuk mengikuti suami masing-masing. Ibu akan memastikan kesehatan anak-anaknya dan kadang mengabaikan kesehatannya sendiri.
Ibu, menjadi inspirasi hidup dan cinta bagiku.  Ia selalu bangun paling  awal dan tidur paling akhir. Selalu terjaga saat anak-anak sedang sakit. Ibu yang paling panjang doanya ketika anak-anak akan ujian akhir semester di sekolah. Ibu pula yang paling semangat membuatkan minuman panas untuk menemani belajar di malam hari.
Ibu, bagaikan sebuah perjalanan panjang pengabdian. Aku baru betul-betul memahaminya saat telah menjadi seorang ibu.  Setelah melahirkan anak pertamaku sembilan tahun yang lalu, menyusui, dan merawatnya, barulah aku benar-benar paham bagaimana rasa perjalanan panjang pengabdian itu dimulai. Lalu berlanjut sepanjang usia anak-anak untuk menemui kemandiriannya.
Pada potret ibuku, terkumpul semua yang disebut keikhlasan pengorbanan. Pada cobek dan muntu hadiah dari ibuku sebelas tahun lalu, ada energi cinta yang selalu mengalir dalam langkahku mengarungi kehidupan berkeluarga.
 Terima kasih Ibu untuk hadiah yang indah. (Opi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H