Mohon tunggu...
Novi Ardiani (Opi)
Novi Ardiani (Opi) Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belum Usai

21 Februari 2017   10:01 Diperbarui: 21 Februari 2017   10:39 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami bertatapan.  Ya… memang sudah putus.  Empat bulan yang lalu.  Dan berkali-kali Nirwan berniat kembali.  Keraguan ada padaku.

Kami masih bertatapan.  Aku tidak tahu kekuatan apa yang kemudian membuatku membiarkan Nirwan menggandeng tanganku ke luar gedung.  Rintik-rintik sisa hujan menemani kami menyeberang.  Menuju Café Seberang.  Aku tak bersuara.  Juga ketika dia mendekatkan wajah ke pundak dan tengkukku. Mencoba menghirup keharuman tubuhku. “Parfummu ganti?…” tanyanya.

“Hmm..” jawabku

“Apa itu hmmm…?”

Aku diam.  Jantungku berdegup kencang.  Dia terlalu dekat.  Itu penyebabnya.

“Harumnya enak.  Yang dulu juga …..”  Tangannya turun dari pundakku, kini melingkari pinggang.

“Kamu tambah ramping…”

Habis ini apa lagi?………..

“Wan…. Puasa……” kataku lirih.  Tanganku menyingkirkan tangannya dari pinggangku.

“Maaf…sayang..” ujarnya. Apa??? Sayang?….. please deh…. KITA UDAH PUTUS . Titik. Bukan koma. Ohh tanda seru boleh. Tiga,  atau lima berbaris ---jadi KITA UDAH PUTUS!!!!!. 

Kami memesan makanan dan minuman untuk buka puasa.  Dan aku makan minum  tanpa mengajaknya bicara.   Waktu dia mulai membicarakan maksudnya, yaitu rujuk, aku tidak bisa konsentrasi.  Dia duduk terlalu dekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun