Menariknya Mama Iyai menjual noken keliling kota. Noken-noken anyamannya tersebut digantungkan di leher. Tanpa lelah ia berkeliling kota. Dia berjalan sambil menjual noken. "Untuk buat noken bahan yang saya gunakan adalah serat kulit kayu yang diambil dari hutan Papua," kata Mama Martina Iyai.
Mama Papua lainnya yang menjual hasil kebun di depan kantor DPRD Dogiyai adalah Mama Bunai. Dia berasal dari Kampung Gopouya, Distrik Mapia. Mama Bunai menjual hasil kebun di depan kantor DPRD Dogiyai karena beberapa alasan. Di
sini banyak pembeli meski tak ada anggota dewan yang melirik jualannya.
"Ada banyak orang yang singgah di sini untuk membeli jualan kami. Dari Deiyai dan Paniai menuju Nabire," ujar Mama Bunai.
Dia bercerita bahwa Pemerintah Kabupaten Dogiyai tidak membangun pasar untuk
mama-mama di kawasan itu. Mama-mama Papua hanya menjual hasil-hasil kebunnya di "pasar dadakan" di depan kantor para dewan.
"Kami tetap berjualan di sini biar pun kami tadah hujan dan panas, karena banyak pembeli,"
kata Mama Bunai dengan bahasa daerah logat Siriwo.Meski demikian, dia mengakui bahwa Pemerintah Kabupaten Dogiyai memang sudah, membangun pasar untuk mama-mama Papua di Topakpo, Distrik Kamuu. Namun, masyarakat lebih memilih berjualan di pinggir-pinggir jalan, di depan DPRD Dogiyai, di pasar Moanemani, daripada menjual hasil kebunnya di Tapakpo.
Alasannya praktis. Mama-mama Papua berjualan di Moanemani karena lokasi ini sangat
strategis.
Pembeli bahkan datang dari dua kabupaten, yaitu Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Paniai