Kepada yang terhormat bapak Direktur Rumah Sakit Jiwa di Abepura Jayapura Papua di tempat.
Saya mewakili orang gila yang lain di Papua, kami masih menunggu kedatangan bapak kepala rumah sakit jiwa dan jajarannya. Kami masih menunggu di emperan toko, di bawah kolom jembatan, di bibir jalan raya. Dan di tempat lain. Kami masih menunggu tidur dan bangun kami pun di tempat itu.
surat ini penulis lihat dalam noken rajutan mama papua dari serat kulit kayu, ikuti ceritanya dan suratnya sebagai berikut.
Noken adalah bahan yang selalu hiasi pada badan seseorang, pada umumnya di Papua, lebih khusus nya di wilayah Meepago. Noken juga ibaratkan sebagai bayangan yang selalu mengikuti kami bagi orang mee.
Noken buat dari serat kulit kayu yang di ambil dari hutan Papua, tidak semua kayu yang dapat mengunakan untuk buat noken namun ada kayu kayu yang tertentu seperti, epiho damoho boto dan lainya.itu yang selalu masyarakat Ambil dari hutan lalu di anyam dan jadikan sebuah noken.
Orang gila adalah seseorang yang tak mengerti dan memahami apa yang terjadi sebenarnya di dunia ini, pemikiran nya terbang melayang entah apa yang di gila pikir tidak tahu. Namun ketika di berobati atau di urus mereka bisa sembuh dan selamat dari kegilaan mereka.
Suatu saat aku berjalan di emperan jalan raya, banyak mobil dan motor yang mengendarai oleh para pengendara, tiga langkah ke depan akan aku bertemu dengan seorang gila aku mulai melangkah langkah yang ketiga aku bertemu dengan seorang gila, ekspresinya aku kenal memang gila. Pandanganku terpukul padanya, di badannya. Ada sebuah noken yang di buat dari kulit kayu Papua menghiasi pada badan si gila.
"Dia sedang menunggu siapa?" tanya dalam pikirku.
Di setiap kali saya lewat, selalu saja bertemu dengan seorang gila di emperan jalan raya dekat lingkaran Abepura Jayapura Papua, samping jalan raya, jalan yang di khususkan untuk berjalan kaki.
Aku mulai menanyakan kepada si gila itu, tanya ku pada si gila selalu sama entah mengapa.
"Setiap kali saya lewat saya ketemu kamu disini sebenarnya kamu tunggu siapa?"
Si gila diam.
"Sudah lama kamu di sini? Apa yang kamu tunggu?"
Si gila tidak menjawab pertanyaan pertanyaan yang kuberikan pada si gila, namun ia diibaratkan pertanyaanku seperti lagu yang berjudul musim kemarau menantikan hujan, lagu itu cipta si gila.
Tanpa berkata apa-apa, si gila memberikan nokenya padaku, jawabku pada diriku sendiri, aku harus periksa Noken ini. Aku mulai memeriksa dalam nokennya, dalam Noken milik pemilik gila itu aku menemukan sepucuk kertas putih, surat itu penuh dengan coretan, tulisannya agak jelas, namun bisa dibaca isinya seperti berikut ini ;
Kepada yang terhormat bapak Direktur Rumah Sakit Jiwa di Abepura Jayapura Papua di tempat.
Saya mewakili orang gila yang lain di Papua, kami masih menunggu kedatangan bapak kepala rumah sakit jiwa dan jajarannya. Kami masih menunggu di emperan toko, di bawah kolom jembatan, di bibir jalan raya. Dan di tempat lain. Kami masih menunggu tidur dan bangun kami pun di tempat itu.
Sebagian kecil dari kami orang gila meninggal dalam penantian! sebagian dari kami ada di Rumah Sakit Jiwa dan sebagainya kami terlantar di emperan took, jalan raya di bawah jembatan di rumah sakit jiwa Abepura. Kami orang gila se-tanah Papua berharap dan menunggu kedatangan bapak Direktur Rumah Sakit Jiwa Jayapura Papua.
Semoga dapat diperhatikan melalui surat ini. Semoga bapak bapak Direktu-- Direktur Rumah Sakit Jiwa yang ada di tanah Papua bisa dimengerti dan menghargai kesabaran yang kami menunggu sampai saat ini.
Sekian dan terimakasih, selamat bekerja. Tuhan Yesus memberkati.
Ditulis oleh seorang gila, dan surat itu di tunjukkan kepada kepala (direktur) rumah sakit jiwa, yang ada di tanah Papua.
Penutup;
Akhirnya bahwa menurut surat yang dia isi dalam nokennya kesimpulan nya seperti begitu
Sampai kapan pun kami masih menunggu, kedatangan tuan tuan Direktur Rumah Sakit Jiwa yang ada di setanah Papua. Mendatangi kami di mana kami berada dan dimana kami menunggu, Harapan kami sendiri semoga kami cepat sembuh dan kembali seperti semula.
Setelah kubaca suar itu akupun bergegas pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H