Mohon tunggu...
Yulianus Magai
Yulianus Magai Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis mudah Papua
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Yulianus magai, anak mudah Papua Yang kini aktif menulis di di www.wagadei.id

Selanjutnya

Tutup

Diary

Alm Demianus Mote Didikanmu Akan Aku Kenang dalam Sanubariku

24 November 2022   08:02 Diperbarui: 24 November 2022   08:19 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption foto guru guru SMP N 1 Mapia di Bomomani foto desain by Musa Boma.

Oleh Yulianus Magai

Kali ini aku ingin cerita, cerita di di bangku smp di tiga tahun yang lalu, deminus mote guru mudah yang berjiwa muda itu, ia adalah guru senibudaya di smp ku, aku ingin menceritakan didikanya. didikan yang aku kekang selalu, walaupun orang yang mendidikku sudah tidak ada lagi di dunia ini, aku tahu ia sudah terima Nama almarhum.

 Damianus Mote adalah salah satu guru seni budaya dan muatan local, di kolaha ku yakni di SMP negeri 1 Mapia kabupaten Dogiyai, papua ia juga salah satu pemegang organisasi (OMK) Orang Muda Katolik, di gereja paroki Maria Menerima Kabar Gembira Bobomani, Mapia. Tak hanya itu, ia selalu menghabiskan waktunya dengan anak-anak muda Papua yang mau belajar padanya, ia selalu mengajarkan berupa not dan quitar. Ia juga terkenal sebagai musikalis Mapia, juga papua. Tiga tahun lamanya kita bersama melukis hidup dan cerita kita, guruku almarhum Damianus Mote.

Awal tahun 2020 ini aku duduk seorang diri di Asrama Nabire kamkey di Jayapura, di bawah pohon susu, di halaman asrama nabire kamkey, aku di temani oleh kopi tua, kopi buatan modia, mapia dogiyai kopi pemberian kaka ku, di 2 hari yang lalu. Doni degey hendak keluar dari kamar 5 kamar miliknya kaka doni degey, ia memegai beberapa uang di tanganya, ia bertujuan untuk membeli es, susu, dan exterajoss, minuman favorit bagi anak anak asrama di jayapura. 

beberapa menit kemudian aku mulai membuka hp android milikku, di dinding messenger, akun milik Marius Kegiye (seorang pelajar yang menimbah ilmu di kota Nabire) ada tertulis, "Damianus Mote, seorang guru SMP N 1 Mapia teleh di panggil tuhan, meninggal dunia, akibat dari kecelakaan di Kamu Utara kabupaten Dogiyai koronologisnya, sebuah truk milik pemuda pendapat menabrak guru SMP n 1 Mapia."

Aku sangat tidak percaya dengan hal ini, aku mulai membuka di dinding Facebook, Facebook ramai sekali, semua postingan ada nama almarhum Damianus Mote, hati sakit sekali, jiwa dan ragaku tak bisa dipercaya kepergian sang guruku, Alalmarhum Damianus mote. Aku pun masuk ke kamar milik kaka doni degey, dalam kamarya ada berapa pemuda yang hendak bicara tentan berita yang aku dengan itu.

 Aku masuk dan lurus ke belakang untuk mengampaikan rasa sakitku dengan menulis, mencoba untuk menceritakan kisah kita di akhir tahun 2018. Akhir tahun 2018 Pelang Pelang antar kita di ambang pintu berpisah, ujian Sekolah pun telah tiba. Beberapa hari kami mengikuti ujian kami dengan baik, besok hari terakhir hari ini adalah hari ke-dua dari terakhir. Setelah selesai ujian seni-budaya dari guru (armarhum Damianus Mote).

Guru-Guru kami di SMP Negeri 1 Mapia mengumumkan kami di halaman SMP Negeri 1 Mapia menyatakan bahwa, "besok semua peserta ujian mengunakan pakaian adat, yaitu, (bobe, dan moge). Tidak ada yang terkecuali, kita akan turun dari SMA negeri 1dogiyai ke SMP Negeri 1 Mapia, jalan kaki," ujar guru ekonomi Paskalis Butu.

Sampai di Sekolah kita, kita akan mempraktekkan muatan lokal (mulok) praktek nya adalah bakar batu. Besok pagi jam 5,30 kita akan ketemu di depan SMA Negeri 1 Dogiyai, pertigaan Jalan trans Nabire mapia dan Paniai Deiyai dan dogiyai, keadaaan semuanya mengunakan pakaian adat. Pengumuman dari salah satu guru tetap di SMP N 1 MAPIA.

Kita akan turun dari SMA negeri 1dogiyai ke SMP Negeri 1 Mapia, setelah mendengar informasi itu kami pun mulai keluar berbondong-bondong depan pintu gerbang SMP Negeri 1 Mapia, beberapa mengojek lalu lalang di depan jalan raya. Sahabatku enggel kegiye dan beberapa teman temanku menuju ke arah kios untuk pulang ke rumah dan mempersiapkan, perlengkapan untuk besok, saya dan beberapa teman teman ku naik ke atas untuk pulang menyiapkan perlengkapan besok Simon Mote sahabat ku menuju ke rumahnya di bawah bukit Atopa yang begitu indah dan di kelilingi dengan alang-alang terletaknya di sebelah sungai Mapia, dari depan jalan masuk Bibihepa, Musa Boma dan beberapa kawan kawan ku menuju ke arah Bibiyepa, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke rumah, sesampainya jalan masuk rumah sakit, Melkias Butu dan Meli magai ikut jalan itu menuju ke rumahnya.

Kami yang lain melanjutkan perjalanan kami, sesampainya di pertigaan jalan raya Nabire-Ilaga. Yuli tagi jalan pulan menuju ke arah Siriwo, dari tempat itu juga sahabatku seorang putri Siriwo, Jireeh Domogo wanita cipta alam, dan Marten dogomo juga lewat menggunakan motor Honda milik orang tua Jireh, sahabatku. Saya dan armarhur Damianus iyai pun pulan ke rumah. Sesampainya, di rumah ada beberapa adik-adik kami yang masih kelas 1/2 SMP ada main bolah takraw, kami dua setelah ganti pakaian sekolah dan segera menyiapkan perlengkapan besok setelah itu kami dua pun itu gabung bermain takrau itu, saat itu sangat bahagia, Beberapa jam kemudian Awan hitam di atas gunung weyland munutupi, di atas gunung Hadu kabut tebal menutup, di atas gunung hamugai pun demikian. Kami tahu malam akan tiba kami segera menyimpan bolah itu dan segera masuk ke dalam rumah

 Malam itu berlalu. Keesokan harinya, sahabatku, almarhum Damianus Iyai sedang membangun aku.

"Yulen bangunlah ini sudah jam 5."

Aku pun bangun dari tidurku, armarhum, Damianus iyai sahabat ku sudah memakasang api, kakinya letakkan di depan tungku api, aku pun mulai cemur badan di tungku api. Armarhum Damianus iyai keluar dari dalam rumah tungku api beberapa menit kemudian armarhum Damianus Iyai sahabat ku muncul di depan pintu, ia sudah siap ia sudah mengunakan berbagai macam jelas, pakaian adat yaitu bobe berdiri di depannya noken yang sudah lama simpan di atas rumah tungku api ia sudah menghiasi badannya anak panah sudah di tangan nya Aku tertawa sedikit agak tersenyum, armarhum Damianus Iyai menyatakan pada ku, "jangan macam orang tua cepat pakai pakaian lengkapi sudah kita jalan pasti teman-teman kita menunggu kita di pertigaan di depan SMA negeri 1 dogiyai."

Aku pun keluar dan mulai siap, Aku sudah siap (Buda iho) di atas kepala anak panah di tangan dan (bobe) koteka sudah pake di depan ku, Aku dan sahabatku armarhum. Damianus iyai berdiri gagah saat itu tidak ada yang bisa lawan kami. Dan adik tingkat kami Marius kegiye memotret kami mengunakan hp android nya. Kami mulai jalan, Sesampainya di depan SMA Negeri 1 Dogiyai, Meli Magai dan ada beberapa teman-temanku sudah menunggu kedatan aku dan sahabatku (armarhur Damianus iyai), mereka menunggu kami Tempilang mereka sungguh luar biasa, tubuhnya di hiasi dengan noken serat genemo buatan mama Papua di tangan mereka ada anak panah.

Kami mulai turun ke tempat yang sudah di tentukan oleh para guru kami. Sesampainya, di pertigaan jalan raya Nabire-Paniai, teman teman ku sudah siap, semua pada mengunakan pakaian adat, sahabat sahabat perempuan sudah mengunakan pakaian adat. Noken buatan mama Papua sudah di hiasi di tubuhnya, Aku agak malu sedikit tapi aku anggap itu adalah budaya ku dan malu itu sendiri nya hilang. Kami pun mulai turun dengan menari (huu waiita) tarian itu di pimpin oleh Almarhum Damianus Mote, guru kami. Sesampainya di SMP negeri 1 Mapia, kami pun mulai menyiapkan para teman teman putri mereka menyiapkan sayuran ubi dan lain sebagainya, kami para pria sedang memasang api dan mulai membakar batu setalah itu kami siap untuk membungkus apa yang kami siapkan itu, sungguh luar biasa. Selagi tunggu makanan itu Simon waine sabat kami dari kamu sudah menyiapkan minuman kopi kami pun mulai ngopi sambil baku tanya, satu sama lain kamu mau SMA ke kota mana dan seterusnya.

Ada teman teman ada yang memiliki di SMA Negeri 1dogiyai dan ada yang di luar dari Papua tapi kebanyakan di Nabire. Beberapa menit berlalu masakan itu pun jadi kami para laki laki mulai angkat masakan itu dan sementara itu para wanita siapkan tempat untuk kami makan di ruangan kelas 9a. Di ruangan kelas 9-a, kami makan dan saling tanya hal yang tadi kami para pria cerita kan itu, Kebanyakan yang memiliki untuk sekolah selanjutnya di Nabire, Setalah itu kami pun pulang ke rumah masing-masing. (*)

Guru ku orang terhormat ku

Bahagia selalu Orang terhormat ku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun