Kami yang lain melanjutkan perjalanan kami, sesampainya di pertigaan jalan raya Nabire-Ilaga. Yuli tagi jalan pulan menuju ke arah Siriwo, dari tempat itu juga sahabatku seorang putri Siriwo, Jireeh Domogo wanita cipta alam, dan Marten dogomo juga lewat menggunakan motor Honda milik orang tua Jireh, sahabatku. Saya dan armarhur Damianus iyai pun pulan ke rumah. Sesampainya, di rumah ada beberapa adik-adik kami yang masih kelas 1/2 SMP ada main bolah takraw, kami dua setelah ganti pakaian sekolah dan segera menyiapkan perlengkapan besok setelah itu kami dua pun itu gabung bermain takrau itu, saat itu sangat bahagia, Beberapa jam kemudian Awan hitam di atas gunung weyland munutupi, di atas gunung Hadu kabut tebal menutup, di atas gunung hamugai pun demikian. Kami tahu malam akan tiba kami segera menyimpan bolah itu dan segera masuk ke dalam rumah
 Malam itu berlalu. Keesokan harinya, sahabatku, almarhum Damianus Iyai sedang membangun aku.
"Yulen bangunlah ini sudah jam 5."
Aku pun bangun dari tidurku, armarhum, Damianus iyai sahabat ku sudah memakasang api, kakinya letakkan di depan tungku api, aku pun mulai cemur badan di tungku api. Armarhum Damianus iyai keluar dari dalam rumah tungku api beberapa menit kemudian armarhum Damianus Iyai sahabat ku muncul di depan pintu, ia sudah siap ia sudah mengunakan berbagai macam jelas, pakaian adat yaitu bobe berdiri di depannya noken yang sudah lama simpan di atas rumah tungku api ia sudah menghiasi badannya anak panah sudah di tangan nya Aku tertawa sedikit agak tersenyum, armarhum Damianus Iyai menyatakan pada ku, "jangan macam orang tua cepat pakai pakaian lengkapi sudah kita jalan pasti teman-teman kita menunggu kita di pertigaan di depan SMA negeri 1 dogiyai."
Aku pun keluar dan mulai siap, Aku sudah siap (Buda iho) di atas kepala anak panah di tangan dan (bobe) koteka sudah pake di depan ku, Aku dan sahabatku armarhum. Damianus iyai berdiri gagah saat itu tidak ada yang bisa lawan kami. Dan adik tingkat kami Marius kegiye memotret kami mengunakan hp android nya. Kami mulai jalan, Sesampainya di depan SMA Negeri 1 Dogiyai, Meli Magai dan ada beberapa teman-temanku sudah menunggu kedatan aku dan sahabatku (armarhur Damianus iyai), mereka menunggu kami Tempilang mereka sungguh luar biasa, tubuhnya di hiasi dengan noken serat genemo buatan mama Papua di tangan mereka ada anak panah.
Kami mulai turun ke tempat yang sudah di tentukan oleh para guru kami. Sesampainya, di pertigaan jalan raya Nabire-Paniai, teman teman ku sudah siap, semua pada mengunakan pakaian adat, sahabat sahabat perempuan sudah mengunakan pakaian adat. Noken buatan mama Papua sudah di hiasi di tubuhnya, Aku agak malu sedikit tapi aku anggap itu adalah budaya ku dan malu itu sendiri nya hilang. Kami pun mulai turun dengan menari (huu waiita) tarian itu di pimpin oleh Almarhum Damianus Mote, guru kami. Sesampainya di SMP negeri 1 Mapia, kami pun mulai menyiapkan para teman teman putri mereka menyiapkan sayuran ubi dan lain sebagainya, kami para pria sedang memasang api dan mulai membakar batu setalah itu kami siap untuk membungkus apa yang kami siapkan itu, sungguh luar biasa. Selagi tunggu makanan itu Simon waine sabat kami dari kamu sudah menyiapkan minuman kopi kami pun mulai ngopi sambil baku tanya, satu sama lain kamu mau SMA ke kota mana dan seterusnya.
Ada teman teman ada yang memiliki di SMA Negeri 1dogiyai dan ada yang di luar dari Papua tapi kebanyakan di Nabire. Beberapa menit berlalu masakan itu pun jadi kami para laki laki mulai angkat masakan itu dan sementara itu para wanita siapkan tempat untuk kami makan di ruangan kelas 9a. Di ruangan kelas 9-a, kami makan dan saling tanya hal yang tadi kami para pria cerita kan itu, Kebanyakan yang memiliki untuk sekolah selanjutnya di Nabire, Setalah itu kami pun pulang ke rumah masing-masing. (*)
Guru ku orang terhormat ku
Bahagia selalu Orang terhormat ku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H