Komunitas Masyarakat Nias di daerah ini sudah ada sejak lama. Masyarakat Nias yang tinggal di daerah ini sudah ada yang sampai empat generasi. Awalnya lebih dikenal nama daerah ini sebagai Sitonggi-tonggi, dimana di situ tinggal 100% Orang Nias, sementara di daerah Lubuk Ampolu, dimana tinggal 90% orang Batak. Namun perbandingan antara penduduk bersuku bangsa Nias dengan Batak yang sudah ada lebih dulu semakin pincang. Dimana jumlah masyarakat Nias berkembang pesat dan menjadi mayoritas.
Hal itu terlihat ketika pada pertengahan tahun 1990-an, Kepala Desa di Desa Lubuk Ampolu sudah diambilalih masyarakat Nias. Padahal, pada tahun 1980-an sampai awal 1990-an, kepala Desa di Desa Lubuk Ampolu ini masih dipimpin orang Batak.
Namun sejak pertengahan tahun 1990-an, sampai sekarang, Kepala Desa sudah dipimpin orang Nias yang lahir di desa tersebut. Jumlah orang Nias di Desa ini dari tahun ke tahun semakin bertambah di desa ini.
Secara perlahan, masyarakat Nias di sini pun mulai melek pendidikan, dan putra-putri Suku Nias yang lahir di Kampung tersebut sudah mulai menuntut ilmu di Kota-Kota besar di Indonesia sampai di perguruan tinggi. Jumlahnya memang masih belum banyak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Masyarakat Nias di situ. Namun ada kemajuan bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Bila pada tahun 1990-an, pemuda-pemuda Suku Nias di Daerah ini masih bermimpi untuk merantau ke pulau-pulau dan hutan rimba untuk menebang kayu, kini pada tahun 2000-an, generasi masyarakat Nias di Kampung ini sudah mulai bermimpi merantau ke kota-kota besar untuk menuntut ilmu.
Generai muda masyarakat nias di kampung tersebut tidak lagi bermimpi meneruskan pekerjaan orang tuanya yang mayoritas sebagai petani karet. Mereka mulai berubah mengikuti perubahan zaman dan berani menatap kehidupan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H