Desa Kalijambe merupakan salah satu desa di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Desa yang bertitik lokasi dengan perbatasan Magelang-Purworejo ini terdiri dari lima dusun, yaitu Dusun Gamblok, Dusun Sikembang, Dusun Bendo, Dusun Sorogenen, dan Dusun Mantenan.
Desa Kalijambe memiliki 15 RT dengan pembagian Dusun Gamblok terdiri dari 4 RT, Dusun Si Kembang 3 RT, Dusun Bendo 3 RT, Dusun Sorogenen 3 RT, dan Dusun Mantenan 2 RT.
Warga Desa Kalijambe terkenal memiliki jiwa seni yang tinggi, hal itu dilihat dari banyaknya pengrajin bambu, pengelola kesenian Jawa, dan lain sebagainya. Mereka sangat kreatif dan bertalenta. Salah satu contohnya ialah mereka dapat mengukir gambar di bambu dan dapat memainkan seni Jathilan. Jathilan merupakan salah satu kesenian yang menjadi ciri khas Kalijambe.
Jathilan adalah kesenian yang berasal dari dua kata dalam Bahasa Jawa, yaitu jaranne jan thil-thillan tenan, jika dialihkan ke Bahasa Indonesia menjadi, "Kudanya benar-benar joget tak beraturan." Joget tak beraturan (thil-thillan) ini memang bisa dilihat pada kesenian “Jathilan,” utamanya ketika para penari telah kerasukan.
Istilah ini umumnya lebih banyak digunakan oleh masyarakat di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kesenian Jathilan ini merupakan salah satu kesenian yang digandrungi oleh warga Kalijambe.
Selain dari corak seni dan budaya, Desa Kalijambe juga memiliki potensi yang tinggi dalam sektor sumber daya alamnya. Kalijambe terkenal sebagai desa penghasil bambu.
Bambu-bambu tersebut sering digunakan oleh warga Desa Kalijambe untuk membuat besek, furnitur rumah, dan yang terbaru, mereka membuat gazebo untuk diperjualbelikan. Namun, bambu yang digunakan untuk produksi sangat banyak, akibatnya pasokan bambu di desa semakin berkurang.
Selain digunakan untuk produksi sendiri, ada beberapa pengepul bambu yang memperjualbelikannya kepada konsumen di luar desa, bahkan luar kota. Selain diperjualbelikan dalam bentuk bambu utuh, bambu-bambu itu diolah kemudian digunakan untuk membuat gazebo, furnitur rumah, seperti kursi, meja, dan lain-lain. Selain itu, kerajinan anyaman bambu seperti besek juga sangat mudah ditemukan.
Masyarakat Desa Kalijambe, terlebih pada kalangan wanita, terutama ibu rumah tangga, memiliki kemahiran yang tinggi dalam kerajinan besek. Hal ini terlihat dalam kesehariannya ibu-ibu mengisi waktu luangnya untuk menganyam besek. Menganyam besek sudah menjadi kegiatan turun-temurun yang dilakukan warga Desa Kalijambe sejak mereka kecil.
Kerajinan anyaman besek pun terus berkembang hingga saat ini. Kerajinan besek hasil buah tangan dari industri rumahan Desa Kalijambe tidak hanya sebatas pada desain besek sederhana saja, melainkan juga menganyam besek yang dapat digunakan sebagai hantaran untuk lamaran dan juga tempat makanan yang biasa digunakan untuk katering. Besek-besek tersebut juga biasa digunakan sebagai interior rumah.
Selain besek, beberapa masyarakat juga memanfaatkan bambu untuk dibuat lincak atau bangku panjang yang terbuat dari bambu. Lincak yang diproduksi oleh masyarakat Desa Kalijambe bukan hanya sekadar lincak biasa yang polos, tetapi sebuah lincak yang dihiasi dengan berbagai ukiran dan gambaran.
Gambar yang diukir pada bambu pun beragam, ada gambar harimau, burung, dan masih banyak lagi. Beberapa perajin ada yang dapat membuat gazebo. Lincak dan furnitur rumah tangga produksi warga desa Kalijambe tersebut telah dipasarkan hingga ke luar kota, bahkan ke luar pulau seperti Lampung.
Selain daripada kesenian dan kerajinan bambunya, Desa Kalijambe juga memiliki potensi lain dibidang makanan. Salah satu jajanan terkenal yang menjadi potensi besar dari kalijambe adalah sagon basahnya. Sagon basah merupakan olahan tepung beras ketan yang dicampur dengan parutan kelapa yang telah diperah (diambil santannya) dan gula pasir.
Proses memasaknya pun cukup lama, 10 menit untuk sekali pembakaran. Dalam proses pembakaran, panas api harus menyebar dengan rata sehingga dapat matang dengan rata dan sempurna. Sayangnya, sagon basah ini hanya berproduksi saat hari pasaran (wage dan pahing dalam kalender Jawa) atau saat ada pesanan saja.
Selain bambu dan sagon basah, warga Desa Kalijambe juga ada yang memproduksi VCO atau Virgin Coconut Oil. VCO (virgin coconut oil) merupakan minyak kelapa murni, yaitu minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diambil minyaknya atau kernel-nya, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, dan tanpa bahan kimia.
Minyak ini berbeda dengan minyak goreng yang beredar di masyarakat. Minyak kelapa biasa terbuat dari sari kelapa kering yang disebut kopra, sedangkan minyak kelapa murni atau VCO diekstraksi dari santan segar menggunakan proses pendinginan yang menjaga semua unsur alami, aroma, dan antioksidan dari minyak tersebut.
VCO dapat dikonsumsi secara langsung, bahkan VCO dianjurkan diminum langsung tanpa dimasak. VCO memiliki berbagai manfaat, seperti menyembuhkan penyakit, menurunkan berat badan, menyuburkan rambut, mencegah rambut rontok, menyehatkan kulit, dan masih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H