Mohon tunggu...
Nova Yulfia
Nova Yulfia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Seorang Emak Penulis yang menjadikan hobi menulis sebagai profesi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengulas Sepintas tentang Budaya Phubbing yang Semakin Meresahkan dalam Interaksi Sosial Kekinian

19 Desember 2021   08:26 Diperbarui: 19 Desember 2021   08:29 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by. sehatq.com

Phubbing secara makna merupakan perilaku seseorang yang lebih lebih fokus mengutamakan berinteraksi dengan ponselnya (online) daripada lawan bicaranya dalam sebuah interaksi sosial secara langsung (offline). Phubbing berasal dari singkatan phone dan snubbing yang secara sederhana diartikan sebagai perilaku yang menyakiti lawan bicara dengan menggunakan smartphone secara berlebihan.


Apakah ini merupakan penyimpangan yang telah terjadi dalam tatanan masyarakat kita ketika melakukan interaksi sosial?

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perilaku phubbing ini sebenarnya jika sering terjadi pada saat kita bertemu muka dengan para karib kerabat, teman-teman atau kolega atau siapapun sebenarnya menjadi gangguan dalam berkomunikasi dan anomali dalam kehidupan masyarakat khususnya ketika berinteraksi secara langsung. Namun kita tidak dapat menutup mata, perilaku phubbing sudah sangat umum terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Maka muncullah ungkapan satire, dengan adanya kemajuan teknologi bukannya mempererat hubungan manusia satu sama lainnya, malah seakan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.


Diketahui perilaku phubbing ini sekarang sudah menjadi sebuah salah satu budaya yang lumrah kita lihat apalagi di perkotaan, masyarakat urban khususnya. Dan perilaku ini tampaknya selaras dengan karakteritik masyarakat perkotaan yang semakin individualis. Dimana tiap individu satu sama lainnya bersikap tidak memedulikan tingkah laku sesamanya, sebab mempunyai kesibukan masing-masing. Walaupun masyarakat di perkotaan secara fisik tinggal berdekatan, seperti tinggal dalam satu komplek perumahan yang sama, satu kantor atau satu komunitas tapi secara interaksi sosial terasa berjauhan. Apalagi ditambah dengan perilaku phubbing.


Lantas bagaimana sebenarnya hubungan antara perilaku phubbing dengan budaya individualis masyarakat perkotaan serta pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dalam hal ini smartphone?


Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat yang diikuti dengan perkembangan penggunaan internet memunculkan media baru (new media) yakni smartphone atau telepon pintar. Smartphone merupakan salah satu media baru yang mengalami perkembangan sangat pesat dalam hampir dua dekade belakangan ini.


Melalui karakteristiknya sebagai media baru, smartphone dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap penggunanya dalam berkomunikasi dan dapat melakukan berbagai kegiatan, hanya dengan penggunaannya bersama internet.


Pengaruh positif bagi pengguna smartphone, yakni : mempermudah penggunanya dalam melakukan banyak hal. Bentuk smartphone yang praktis dengan fungsi yang beragam menjadikannya perangkat yang dapat mempermudah hidup seseorang. Sehingga kita sebagai pengguna dapat dengan leluasa melakukan berbagai kegiatan secara online, mulai dari berinteraksi melalui media sosial, menelepon, mendengarkan musik, membaca buku digital, belanja, reservasi hotel atau pesawat secara online dalam satu waktu.


Sementara pengaruh negatif dalam kemudahan menggunakan smartphone dalam interaksi sosial ialah perilaku phubbing yang sudah menjadi sebuah fenomena baru dan bahkan menjadi salah satu budaya baru juga ditengah masyarakat perkotaan khususnya.


Pada akhirnya fenomena perilaku phubbing ini telah mampu mengubah cara interaksi sosial yang lazimnya dilakukan selama ini, yakni dilakukan dua arah dengan melibatkan semua indera kepada cara berkomunikasi satu arah. Dimana seseorang lebih mengutamakan berkomunikasi secara lisan dan bertatap muka dengan lawan bicara. Jika dikaji lebih jauh lagi, apabila dikaitkan dengan budaya masyarakat kita yang masih memegang kuat nilai-nilai, norma, pranata sosial dan tatakrama di dalam sebuah hubungan yang didasarkan pada sikap yang saling menghargai ketika terlibat dalam pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun