Mohon tunggu...
Nova Widyana
Nova Widyana Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Budaya Lokal di KPP Pratama Gianyar: Apakah Menghambat Tujuan Organisasi?

28 November 2022   10:51 Diperbarui: 1 Desember 2022   07:10 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sangat terkenal dengan keanekaragaman budaya lokal yang ada. Masing-masing budaya lokal mempunyai ciri khas dan keunikan yang berbeda. Budaya tersebut lahir dari kesamaan pola pikir, perilaku, dan pandagan masyarakat terhadap suatu hal. Budaya lokal di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang khas dan dapat dibanggakan serta mencerminkan jati diri dan identitas bangsa.

Seiring berjalannya waktu dan sebagai akibat dari adanya globalisasi, beberapa kebudayaan lokal yang ada di Indonesia mulai luntur. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga kelestariannya, salah satunya adalah dengan menerapkan kebudayaan lokal dalam birokrasi Pemerintahan. Penerapan kebudayaan lokal tersebut dapat ditemukan di salah satu instansi vertikal Kementerian Keuangan yaitu Direktorat Jenderal Pajak tepatnya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Gianyar. Mulai dari falsafah hidup, kesenian, pakaian adat dan budaya lokal lainnya sudah diterapkan.

Falsafah Hidup

KPP Pratama Gianyar terletak di kabupaten Gianyar, Bali. Dari sekian kabupaten di Bali, Gianyar merupakan salah satu kabupaten yang masyarakatnya sangat menjunjung nilai-nilai serta melestarikan budaya Bali. Salah satu yang masih dipegang erat adalah konsep dari pandangan/falsafah hidup masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana, berasal dari bahasa Sansekerta. Tri berarti tiga, Hita artinya kesejahteraan, dan karana yang artinya penyebab. Secara harfiah, Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan atau kebahagiaan. Konsep Tri Hita Karana dapat diartikan juga sebagai tiga hal pokok yang menyebabkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia. Konsep ini muncul berkaitan erat dengan keberadaan hidup bemasyarakat di Bali. Tri Hita Karana merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan lahir dan batin.

Tri Hita Karana diwujudkan dalam tiga unsur. Ketiga unsur tersebut adalah Parahyangan, Pawongan dan Palemahan. Yang pertama, Parahyangan diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan. Yang kedua, Pawongan diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan manusia. Yang ketiga, Palemahan diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan alam.

Disebutkan bahwa Parahyangan itu merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dalam penerapannya dapat dilaksanakan dengan membersihkan tempat ibadah, rajin sembahyang dan juga melaksanakan ajaran-ajaran agama dan menjauhi larangan-larangan Tuhan. Ini sangat baik diterapkan dalam budaya organisasi lingkungan kerja di mana pun. Setiap orang dalam bekerja alangkah baiknya memulai pekerjaan dengan berdoa, seperti memohon agar diberi kelancaran selama menjalani pekerjaan. Hal ini sudah diterapkan di KPP Pratama Gianyar yang melakukan doa pagi bersama setiap hari sebelum memulai pekerjaan.

Unsur yang kedua adalah Pawongan. Contoh penerapannya adalah dengan menjaga dan menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat muncul dengan adanya sikap tenggang rasa, saling memiliki antara umat beragama, saling menghargai, dan saling tolong-menolong dengan setiap orang. Penerapan Pawongan menjadikan masyarakat Bali dikenal dengan sikap toleransi antar umat beragama yang tinggi. Hal ini sangat baik diterapkan untuk mendukung budaya organisasi agar terciptanya hubungan yang harmonis antar pegawai. Kondisi ini sangat sesuai dengan lingkungan kerja Kementerian Keuangan yang mana memiliki pegawai dengan agama yang berbeda-beda. Contoh nyatanya di KPP Pratama Gianyar adalah terdapatnya tempat ibadah agama Islam yang berdampingan dengan tempat ibadah agama Hindu.

Unsur yang terakhir adalah Palemahan. Seperti yang diketahui belakangan ini, telah banyak terjadi bencana alam yang sebenarnya disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Kelestarian alam sangat patut untuk dijaga seperti tidak membuang sampah sembarangan. Hal ini sangat baik diterapkan juga untuk mendukung budaya organisasi lingkungan kerja di mana pun agar tercipta lingkungan yang bersih sehingga dapat memberi kenyamanan dalam bekerja.  Ditambah lagi, ini sesuai dengan salah satu budaya kerja Kementerian Keuangan yaitu 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).

Sifat dari Tri Hita Karana yang universal membuat konsep ini sangat fleksibel untuk diterapkan dalam mendukung budaya organisasi lingkungan kerja di mana pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun