Mohon tunggu...
Novariza Salsabila
Novariza Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A flaw in seek of perfection.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Setitik Darah Penyelamat Jiwa

14 Juni 2022   05:31 Diperbarui: 14 Juni 2022   05:39 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Donor darah bukan lagi istilah yang asing bagi kita. Kegiatan ini bahkan telah kita kenal sejak berada di bangku sekolah dasar. Dilansir dari laman redcrossblood.com, donor darah pertama kali diteliti menggunakan anjing pada tahun 1665 oleh ilmuwan bernama Richard Lower. Tak lama setelahnya, pada tahun 1818, ilmuwan James Blundell berhasil mentransfusi darah pada pasien yang mengalami perdarahan pasca persalinan. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, kegiatan mendonorkan darah tetap eksis di kalangan medis. Hal tersebut dikarenakan belum ada temuan canggih yang dapat memproduksi darah selayaknya tubuh manusia. 

Tepat hari ini, tanggal 14 Juni tahun 2022, seluruh dunia tengah memperingati hari donor darah. Peringatan hari donor darah sedunia ini ditetapkan pertama kali pada tahun 2004 oleh WHO dan International Federation of Red Cross. Meskipun sudah berjalan sekian tahun lamanya, kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya melakukan donor darah dapat dikatakan masih minim. Hal tersebut diperburuk dengan munculnya pandemi Covid-19 yang melanda negeri. 

Mengambil sampel dari data PMI Kota Pekalongan, pendonor darah selama pandemi merosot hingga 30% jika dibandingkan dengan tahun 2019 sebelum pandemi pecah. Padahal donor darah sangat diperlukan untuk membantu pasien-pasien di rumah sakit maupun masyarakat yang membutuhkan pertolongan darah sesegera mungkin terutama selama masa pandemi. Fenomena ini tak lain berasal dari ketakutan masyarakat akan bahaya penularan virus yang mungkin mereka dapatkan jika mendonorkan darah mereka. Pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah benar sebab petugas yang melayani pendonor tentu telah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. 

Di samping alasan tersebut, ada beberapa faktor yang digadang-gadang menjadi dalih kurangnya minat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka bahkan sebelum pandemi menyerang. Faktor-faktor tersebut, diantaranya:

1. Donor darah menyakitkan

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketakutan pada jarum suntik menjadi faktor paling umum yang menghalangi masyarakat melakukan donor darah di Indonesia. Bayangan ditusuk jarum dan diambil sekantong darah dari tubuh memang menyeramkan, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketakutan tersebut adalah dengan melatih pernapasan, mengurangi rasa tegang, dan memberikan sugesti pada diri sendiri bahwa donor darah adalah kegiatan yang mulia. 

2. Takut tertular dan menyebarkan penyakit

Masyarakat masih belum memiliki kepercayaan yang utuh kepada tenaga medis yang bertugas. Dari ketakutan akan jarum yang tidak steril hingga ketakutan menularkan penyakit yang ada pada diri mereka. Namun, tentu saja tenaga medis memiliki prosedur dan etika yang mengharuskan mereka menggunakan peralatan steril. Selain itu, darah yang sudah didonorkan akan melalui proses skrining untuk memastikan tidak mengandung virus berbahaya seperti HIV dan hepatitis. Apabila darah tersebut memang mengandung virus berbahaya, maka akan langsung dihancurkan.

3. Takut gemuk

Menjadi alasan penolakan bagi sebagian masyarakat, terutama kaum hawa, kenaikan berat badan pasca donor darah dianggap momok menyeramkan. Kenyataannya, donor darah tidak memiliki dampak apapun bagi perubahan berat badan manusia. Dikutip dari laman halodoc.com, setelah donor darah terjadi proses metabolisme untuk membentuk sel-sel darah baru yang sebenarnya membakar kalori tambahan. Meskipun demikian, pembakaran tersebut tidak secara signifikan dapat mempengaruhi perubahan berat badan.

4. Prosesnya rumit dan lama

Sebagian orang memiliki pandangan bahwa proses donor darah akan memakan waktu lama sehingga mereka enggan mendonorkan darah mereka. Pada kenyataannya, proses donor darah rata-rata hanya menghabiskan waktu lebih kurang dua puluh menit tanpa kesukaran berarti. Hal itu dikarenakan petugas dari tempat pendonoran darah lah yang menyiapkan segala peralatan dan uji darah sebelum donor darah dilakukan sehingga pendonor hanya perlu duduk dan menunggu darahnya diambil.

5. Tidak tahu lokasi donor darah

Minim pengetahuan mengenai lokasi donor darah juga menjadi suatu problematik umum di Indonesia. Terlebih bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pedesaan dan daerah marginal yang untuk berobat ke rumah sakit saja biasanya berat sekali. Lokasi donor darah hendaknya dipromosikan dengan jelas, bahwa tidak hanya di rumah sakit kita bisa mendonorkan darah, tetapi juga di kantor PMI yang berada di berbagai daerah di Indonesia. Di samping itu, PMI kerap mengadakan event menggalang donor darah, seperti di sekolah, mall, dan tempat hiburan lainnya.

Setelah mengerti alasan-alasan donor darah masih minim di Indonesia, kita dapat menyimpulkan satu hal secara utuh, yaitu kurang tersampainya informasi yang valid mengenai donor darah kepada masyarakat. Oleh karena itu, tugas kita sebagai kaum terpelajar dan tenaga kesehatan adalah mulai mengenalkan pada masyarakat awam mengenai prosedur dan tata cara donor darah. Dimulai dari pengecekan kesehatan pendonor, pengambilan darah, hingga transfusi pada pasien yang membutuhkan sehingga masyarakat mengenal dan tumbuh kepercayaan untuk mendonorkan darah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun