Marsuo Holong Na Mago
(Menemukan Cinta yang Hilang)
Ucok melangkah pelan, menahan lelah setelah seharian bekerja. Matanya yang lelah menatap rumah kecil yang ditempatinya bersama Siti dan Tagor. Rumah itu sudah mulai reyot, dinding yang terbuat dari bambu sudah mulai rapuh, lantainya dari papan yang sebagian sudah lapuk begitu pun dengan genteng nya yang sudah banyak bocor. Siti dan Tagor menunggunya di ruang tamu, dengan wajah polos mereka yang penuh harapan. Meski hidup serba kekurangan, Ucok selalu berusaha menutupi kekhawatirannya agar adik-adiknya tetap bisa tersenyum.
Malam itu, setelah makan malam sederhana, Siti yang duduk di samping Ucok menatapnya penuh tanya.
Siti: "Bang, aso inda unjung umak mulak? Songonon ma ita langa bang saleleng na?."
Ucok: menatap adiknya dengan tenang "Inda dong na bisa hita baen anggi, umak mangaranto, ayah inda parduli tu hita be, songoni juo halak ompung. Ulang lupa ho mandoaon umak da anggi anso ipas umak mulak, so adong na pature  hita." ucap nya dengan suara putus asa
Ucok tidak ingin Siti dan Tagor tahu bahwa sebenarnya ia pun tak tahu apakah ibu mereka akan kembali. Sudah hampir dua tahun sejak ibu mereka pergi merantau setelah bercerai, meninggalkan mereka bertiga. Tak ada kabar, tak ada kiriman apa pun. Ayah mereka pun hilang begitu saja setelah perceraian. Keluarga besar, baik dari pihak ayah maupun ibu, memilih tidak ikut campur dalam urusan mereka, membiarkan ketiga anak ini hidup seadanya.
Beberapa hari kemudian, mereka pun pergi ke pasar untuk membeli peralatan sekolah untuk Siti dan Tagor. Setelah sampai di pasar, mereka tidak sengaja bertemu dengan Etek Faridah, adik tiri ibu mereka. Faridah dikenal sebagai perempuan yang lembut dan penyayang. Ia dulu kerap dijahati oleh ibu Ucok karena berasal dari ibu yang berbeda. Meski begitu, ia selalu menyimpan rasa peduli pada ketiga keponakannya yang malang.
Etek Farida: melihat mereka dengan tatapan terkejut "O inang, anak nisi Sahat do ho inang? Mirip hu ida rupo mu rap si Sahat." Seraya merangkul Siti dengan lembut.
Siti:"Olo Etek, ayah ku mai si Sahat i." ucapnya bingung.
Ucok yang mendengar suara itu segera menoleh, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Etek Farida berdiri di sana, menatap mereka penuh kasih.