Catatan Si Anak Kos : Antara Skripsi dan Cinta
Novi menatap layar laptopnya dengan putus asa. Skripsi yang sudah ia kerjakan berbulan-bulan masih jauh dari kata selesai, dan tenggat waktu yang kian mendekat. Sementara itu, hatinya terus teringat dengan satu nama yang selalu muncul dalam benaknya. Rafi. Pria hitam manis dan  berprestasi yang ia kenal sudah cukup lama.
Hari itu, di kamar kosnya yang mungil, Novi merebahkan tubuh nya di  atas kasur miliknya sambil menghela napas panjang setelah pulang bimbingan dari kampus. Setelah 20 menit berlalu, ia kembali ke meja belajarnya dan membuka skripsinya, kembali fokus pada bab analisis yang masih berantakan. Tapi tiba-tiba saja, suara notifikasi ponselnya berbunyi. Pesan dari Rafi.
"Nov, sudah makan belum? Lagi apa nih?"
Pesan sederhana itu membuat Novi tersenyum kecil. Ada rasa hangat yang muncul di dadanya, meski ia tahu di saat seperti ini, ia seharusnya lebih memikirkan skripsi daripada perasaan yang tak tentu itu. Dengan semangat yang tak biasa, ia membalas pesan Rafi.
"Belum nih, baru mau beli makan. Kamu gimana?"
Tak butuh waktu lama, Rafi pun membalas pesan Novi.
"Kalau belum, makan bareng yuk di depan kampus. Aku juga belum makan,aku jemput."
Novi langsung bangkit dari kursi. Kamar kos yang berantakan dengan tumpukan buku dan kertas-kertas catatan ia tinggalkan sejenak. Mungkin, makan malam dengan Rafi bisa memberikan energi baru untuk menyelesaikan skripsi yang seolah tak pernah rampung, pikirnya. Selang beberapa menit,Rafi pun sampai di depan kos Novi dengan vespa kesayangannya.
Mereka pun tiba di warung ayam geprek langganan novi di depan kampus, mereka duduk berdua. Rafi dengan senyum manisnnya, dan Novi yang tampak kikuk namun berusaha tetap tenang. Novi pun memesan dua porsi ayam geprek dan dua es teh manis. Mereka pun mengobrol santai, hanya tentang tugas-tugas kuliah, teman-teman sekelas, dan sedikit cerita tentang kehidupan kos masing-masing.
"Nov, gimana skripsimu?" tanya Rafi di sela obrolan mereka.