Mohon tunggu...
Dian Novandra
Dian Novandra Mohon Tunggu... -

Anak pertama dari dua bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Selin Takut Cermin

18 Oktober 2013   10:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:23 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Dian Novandra (No. 385)

Tra ... la ... la ... Selin bersenandung gembira. Ia baru saja menerima hadiah dari Tuan Lin, sang Ayah, berupa gaun-gaun yang indah. Sayangnya, Selin tidak bisa melihat dirinya memakai gaun itu. Sejak usianya lima tahun, Selin takut melihat cermin. Itu karena  ia pernah terluka oleh pecahan cermin ibunya.

Selin mempunyai seorang pelayan bernama Mulan yang bertugas menilai dandanan dan penampilannya. Kalau Mulan berkata dandanannya kurang bagus, Selin akan memperbaiki riasan wajahnya. Jika Mulan bilang gaun Selin tidak cocok, ia pun segera berganti pakaian. Gadis itu seperti cermin bagi Selin.

Kini Selin sibuk melihat-lihat gaun dari sang Ayah. Ia suka semuanya. Tuan Lin membelikan Selin gaun aneka warna. Yang berwarna ungu cantik sekali karena ada renda dan pita di bagian pinggang. Gaun hijau berhiaskan bulu-bulu, sedangkan gaun yang berwarna oranye, merah jambu, dan putih bercorak bunga-bunga besar dan kecil.

"Aku ingin mencoba semuanya!" sorak Selin riang.

Mulan merengut. Selin sombong sekali! Mentang-mentang dibelikan banyak gaun, sekarang ia malah mau memamerkannya. Uh, Mulan tidak suka padanya.

Mulan iri melihat kehidupan Selin. Ia cantik, punya banyak gaun indah, mainan bagus, serta orang tua yang menyayanginya. Sedangkan Mulan sejak kecil tinggal bersama sang nenek karena orang tuanya meninggal. Dulu neneknya juga bekerja sebagai pelayan di rumah itu. Dua tahun yang lalu, nenek Mulan meninggal dunia. Kemudian Nyonya dan Tuan Lin memintanya untuk menjadi pelayan Selin. Tugasnya hanya menemani dan membantu Selin.

"Putriku, hari ini Pangeran Yu akan berkunjung ke rumah kita," kata Nyonya Lin tiba-tiba.

"Benarkah, Ibu?" Selin berbinar senang.

"Tentu saja, Putriku. Pangeran mengunjungi keluarga di seluruh penjuru negeri untuk mencari gadis yang akan menjadi pasangannya di pesta ulang tahunnya," terang Nyonya Lin.

"Persiapkan dirimu sebaik mungkin," lanjutnya.

Mulan mendengar ucapan Nyonya Lin. Karena sejak awal ia selalu iri dan membenci Selin, Mulan pun berniat untuk membuat penampilan putri bangsawan itu jadi buruk. Selin tidak boleh terpilih menjadi pasangan Pangeran!

"Mulan, apakah gaun ini cocok untukku?" tanya Selin.

"Gaun itu kurang cocok, Nona. Sebaiknya Nona memakai gaun yang berwarna merah," Mulan menunjuk gaun lama Selin yang tergantung di lemari.

"Tapi gaun itu terlalu besar untukku, jadi tidak pernah kupakai," Selin keberatan.

"Itu beberapa tahun lalu, Nona. Jika Nona memakainya sekarang pasti pas," Mulan berusaha mengelabui Selin.

"Benar juga. Baiklah, aku akan memakai gaun itu."

Rencana pertama Mulan berhasil.

"Apa dandananku pucat?" Selin kembali meminta pendapat.

"Ya, Nona. Em ... kalau Nona tidak keberatan, bolehkah saya membantu merias wajah Nona supaya terlihat lebih cantik?"

"Tentu saja boleh," Selin tersenyum.

Putri bangsawan itu tidak punya prasangka apapun kepada Mulan. Ia sudah menganggap Mulan seperti saudaranya.

"Sudah selesai, Nona," ucap Mulan.

"Terima kasih," katanya riang.

Sebentar lagi Pangeran Yu akan datang. Selin menunggu dengan cemas.

"Putriku, keluarlah! Pangeran sudah datang dan ingin bertemu denganmu," suara Nyonya Lin dari luar kamar.

Selin pun bergegas keluar. Ketika pintu kamar terbuka, Nyonya Lin sungguh terkejut melihat putrinya. Penampilan Selin buruk sekali. Gaunnya kebesaran dan riasan wajahnya berantakan. Tapi Nyonya Lin tidak bisa berbuat apa-apa. Tak mungkin membiarkan Pangeran menunggu lebih lama. Nyonya Lin dan Selin pun menemui Pangeran.

"Maaf, menunggu lama, Pangeran," ucap Selin lembut.

Ketika melihat Selin, Pangeran langsung tertawa terbahak-bahak. Ia jadi kebingungan. Perdana Menteri yang mendampingi Pangeran turut tersenyum.

"Ada apa Pangeran? Apakah ada yang lucu?" tanya Selin.

"Maafkan aku, Nona. Aku sungguh tak tahan untuk tertawa, hahaha ...," Pangeran terpingkal-pingkal.

"Tapi ... terima kasih karena kau membuatku tertawa hari ini," Pangeran menjabat tangan Selin.

"Sejak kecil Pangeran jarang tersenyum. Tapi hari ini Nona bisa membuatnya tertawa," jelas Perdana Menteri seolah tahu pertanyaan yang akan diajukan Selin selanjutnya.

"Aku ingin kau menjadi pasanganku saat pesta nanti," pinta Pangeran.

Selin senang sekali dan langsung menyetujuinya. Mulan yang sejak tadi berdiri di depan pintu ruang tamu, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bukannya ditolak oleh Pangeran, Selin justru terpilih menjadi pasangannya.

Sebelum kembali ke istana, Pangeran berbincang-bincang bersama keluarga Selin. Ia menceritakan persiapan pesta ulang tahunnya. Saat pesta nanti, akan ada banyak penari dan penyanyi. Raja dan Ratu juga mengundang para pelawak terkenal di negeri itu untuk menghibur tamu undangan. Selin pun bercerita tentang hobinya. Ia senang bermain piano dan gitar. Bahkan Nyonya Lin berjanji akan membuatkan pai apel jika Pangeran berkunjung lagi.

Mulan kesal. Seharusnya bukan Selin yang menjadi pasangan Pangeran!

Hari sudah sore. Pangeran hendak pulang ke istana.

"Sampai bertemu di istana, Nona Selin," Pangeran Yu melambaikan tangan lalu memacu kudanya pergi. Perdana Menteri dan para pengawal menyusul di belakanganya.

"Oh, Putriku, Ayah benar-benar bahagia hari ini," Tuan Lin membelai rambut panjang Selin.

"Kau harus memakai gaun terbaikmu nanti," kata Nyonya Lin.

"Ibu, Ayah, semua ini berkat Mulan. Ia yang mendadaniku hari ini. Karena dialah aku terpilih menjadi pasangan Pangeran."

"Kau sungguh berjasa, Mulan," Nyonya Lin menyalami Mulan.

"Terima kasih, Mulan. Kau selalu melakukan yang terbaik untuk Selin," Tuan Lin berkata penuh penghargaan.

"Terima kasih, Saudaraku. Hari ini aku bahagia sekali. Kau pasti sudah tahu bahwa Pangeran sulit tersenyum sehingga mendandaniku seperti ini," kata Selin lalu memeluk Mulan penuh sayang.

"Ya ... iya, Nona," ia tertunduk.

Selama ini keluarga Selin begitu baik padanya. Perlahan-lahan iri hati Mulan pada gadis bangsawan itu hilang. Ia berjanji akan selalu menjaga Selin dan menjadi cerminnya kapanpun Selin membutuhkan.

NB : untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community http://www.kompasiana.com/androgini

Silakan bergabung di grup FB Fiksiana Community  https://www.facebook.com/groups/175201439229892/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun