Mengapa kita malas membaca? Perusahaan Gramedia, salah satu penerbit dan toko buku terbesar di Indonesia menyatakan bahwa kemalasan ini disebabkan karena kita adalah generasi yang serba instan. Saya pikir masuk akal. Hal-hal instan membuat kita malas berfikir apalagi berkontemplasi.Â
Kita lebih nyaman pada hasil daripada proses. Kita malas membaca tetapi berisik di media sosial. Hal ini semakin diperparah ketika kita semua masuk pada era post-truth, era dimana kebenaran dan fakta bukan hal yang penting tetapi afirmasi dan dukungan atas keyakinan kita sendiri. Kita hanya perlu dukungan untuk keyakinan kita bukan mencari fakta dan data atas keyakinan kita itu.
Kok Harus Membaca Buku?
Faktanya ada diantara kita yang mampu membaca buku dengan waktu yang cukup lama. Standar orang membaca buku menurut UNESCO adalah 4-6 jam dalam sehari. Di negara-negara maju kebiasaan membaca buku ini lebih lama lagi, bisa mencapai 6-8 jam dalam sehari.Â
Tahun 2015 Perpustakaan Nasional pernah melakukan kajian bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu untuk membaca sekitera 2-4 jam dan masih dibawa standar UNESCO. Seorang teman pernah bercerita sama saya konon katanya Profesor yang mengajar di sekolah sekolah filsafat bisa membaca buku dari 8-10 jam sehari.
Hal menarik perlu diketahui yaitu alasan terkuat orang harus membaca buku? Urusan membaca buku bukan urusan kaum schollar atau kaum terdidik dan terpelajar saja melainkan urusan semua kaum.Â
Studi yang dilakukan teramat panjang terhadap mereka yang gemar membaca buku yaitu mampu meningkatkan fokus (konsentrasi), ingatan (memory), empati dan kemampuan komunikasi. Semua ini akan membantu kita berhasil dalam membina hubungan dengan sesama dan dalam dunia pekerjaan
Semua kita ingin berhasil dalam hidup dan tak satupun yang mengingkari ini. Membaca buku menjadi prasyarat untuk meraih keberhasilan itu semua. Inilah mengapa membaca buku menjadi sebuah kebutuhan. Karena ia merupakan kebutuhan maka ia menjadi bagian dalam hidup kita. Ya. Buku adalah kebutuhan kita.
Novance Silitonga adalah peneliti di Populus IndonesiaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H