Mohon tunggu...
Novan Noorwicaksono Bhakti
Novan Noorwicaksono Bhakti Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Berusaha menebarkan kebaikan dalam media dan kondisi apapun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Hari Kebangkitan Nasional

19 Mei 2020   14:17 Diperbarui: 7 Mei 2023   13:42 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lentera yang merupakan perwujudan energi itu perlahan menyala pada tahun 1908. Lentera itu bernama Budi Utomo. Suatu perkumpulan anak-anak bangsa yang berlandaskan persatuan untuk melakukan perlawanan demi meraih kemerdekaan.

Perlawanan tidak selalu dilakukan dengan kekuatan fisik. Bukan dengan peluru dan senapan. Bukan dengan tombak dan pedang. Tetapi terlebih dahulu dengan wawasan kebangsaan, yaitu nasionalisme. Membumikan semangat nasionalisme merupakan bahan bakar kemerdekaan yang utama. Wawasan ini menjadi pondasi kuat ketika kelak kita mempertahankan kemerdekaan dalam gejolak Revolusi sesudah dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945.

Eksploitasi kolonial dan westernisasi yang luar biasa menimbulkan keresahan bahwa bangsa kita akan tergilas zaman dan penjajahan. Tokoh-tokoh bangsa seperti dr. Wahidin Soedirohoesodo, dr. Tjipto Mangoenkoesomo dan dr. Soetomo menjadi salah satu bagian dari peletak dasar wawasan kebangsaan Indonesia. Mereka berani tampil sebagai pembela harga diri bangsa, yang diwujudkan dalam bentuk organisasi Budi Utomo. Mereka menyerahkan jiwa raganya bagi kemerdekaan yang kelak akan diwujudkan dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diawali dari komitmen dan tekad bahwa jauh di sana Indonesia yang merdeka sudah menanti.

Pintu gerbang kemerdekaan sudah kita lewati. Garis batas itu seolah menjadi dermaga yang melepas keberangkatan kita menuju pelabuhan cita-cita. Di atas kapal besar bernama Republik Indonesia ini kita mengarungi lautan untuk tiba pada impian sejati, mewujudkan Indonesia sejahtera.

Seratus tahun lebih sesudah Budi Utomo meletakkan pondasi kebangsaan, kita masih saja bersengketa dengan diri sendiri. Sementara nilai-nilai persatuan dan kesatuan kita disobek-sobek oleh pergulatan westernisasi dan globalisasi. Westernisasi mengarahkan kita pada gaya hidup kebarat-baratan. Berbagai produk dan gaya hidup Barat kita adopsi bagaikan anak kandung sendiri. Menjadi arah hidup dan jatidiri. Sementara kita diperbudah teknologi. Globalisasi mencucuk pandangan kita seakan semua nilai lebih dan kebaikan ada di luar sana. Hingga kita abai pada nilai-nilai budaya dan kekayaan alam bangsa. Sementara kita menjadi bulan-bulanan produk dan objek sasaran tembak pasar dunia.

Kita membeli semua itu dengan nilai rupiah yang tidak seberapa. Tetapi kehidupan dan jatidiri bangsa harus membayarnya dengan harga mahal. Dimulai dari nilai-nilai kebangsaan yang mulai terkikis. Ditutup dengan gelombang air bah ketertinggalan. Tidak bisa tidak! Hari Kebangkitan Nasional harus dijadikan momentum besar untuk kita membangkitkan kembali setiap gelora semangat kebangsaan. Semangat yang dimulai dari dari diri sendiri dan mulai sejak saat ini.

Kita belum berada pada putaran akhir dari kompetisi besar dunia. Para pendahulu kita, para pendiri bangsa, sudah memberikan tongkat estafet pembangunan. Kita mau menerimanya dan berlari sekencang mungkin mengejar ketertinggalan, atau menyerah dengan keadaan? Pilihan itu ada di tangan kita. Mereka sudah cukup mengantarkan kita sampai di depan pintu gerbang kemerdekaan. Tinggal kita mengisinya dengan pembangunan yang memanusiakan manusia dan mensejajarkan hak dan kewajiban secara sama rata. Sehingga Indonesia sejahtera bukan sekedar impian belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun