Mohon tunggu...
Aisyah N.
Aisyah N. Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa

Praktisi advokasi paruh waktu dan pegiat walking tour penuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

4 Penyelenggara Tur Sejarah di Jakarta: Sebuah Review

26 Desember 2023   22:42 Diperbarui: 29 Desember 2023   13:12 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman muka Masjid Al Alam, 22 Desember 2023. Sumber: dokumentasi pribadi

Di tengah kepadatan pekerjaan, berwisata di dalam kota adalah salah satu pilihan terbaik untuk menyegarkan pikiran. Sejak 2011, saya rajin menjajal walking tour sejarah alias tur singkat yang dilakukan dengan berjalan kaki dengan muatan sejarah yang ada di kota-kota yang saya sambangi termasuk di Jakarta, tempat tinggal saya saat ini. 

Puluhan destinasi dari sejumlah penyelenggara walking tour sejarah telah saya jajal; kelebihan dan kelemahan dari setiap destinasi maupun penyedia turnya telah saya akrabi. 

Setiap penyedia tur memiliki keunggulan maupun kelemahannya sendiri-sendiri, dan pengalaman yang saya bagikan melalui tulisan ini barangkali dapat menambah khazanah atau menjadi informasi baru bagi siapapun yang ingin juga menjajal walking tour di Jakarta.

Jumat, 22 Desember 2023 adalah hari yang spesial bagi saya. Di hari itulah saya mencoret salah satu butir dari wishlist saya, yakni mengunjungi Pantai Marunda. 

Di hari itu jugalah saya bergabung dalam tur Wisata Kreatif Jakarta untuk pertama kalinya. Sebagai pegiat tur jalan kaki di Jabodetabek sejak 2012 saya pertama kali dengar Wisata Kreatif Jakarta di tahun 2019. 

Ternyata, hari itu juga merupakan hari yang spesial bagi sang perintis, Ira Lathief, menandai 15 tahun perjalanannya sebagai pemandu wisata. Jadilah saya mengikuti giveaway tour Wisata Kreatif Jakarta ke Rumah Si Pitung, Masjid Al Alam Marunda, dan Pantai Marunda bersama KOTeKA. 

Pengalaman pertama saya dengan Wisata Kreatif Jakarta inilah yang memantapkan niat saya untuk membagikan pengalaman wisata saya bersama sejumlah penyelenggara program tur di Jakarta

Wisata Kreatif Jakarta

Dirintis tahun 2017 oleh Ira Lathief, WKJ adalah salah satu penyelenggara walking tour yang berbasis di Jakarta dan memiliki beragam destinasi tur di Jakarta. 

Mbak Ira memandu sebagian besar turnya WKJ, walau biasanya ditemani 1-2 orang voluntir WKJ dengan latar belakang yang beragam. Ada sekitar 15 orang pemandu tur yang bergabung di WKJ, per orang biasanya memandu kelompok yang beranggotakan 10 orang peserta tur.

Di tur yang saya ikuti ia ditemani karyawan Museum Rumah Si Pitung yang menjadi pemandu museum tersebut, menjelaskan sejarah di balik pembangunan Museum Si Pitung dan mitos-mitos tentang Si Pitung. 

Penjelasan sang pemandu museum diselingi cerita mbak Ira tentang memori dan wawasannya tentang Rumah Si Pitung sebagai warga Jakarta Utara alias akamsa (anak kampung sana). Mayoritas peserta WKJ adalah individu usia 40 tahun ke atas, sebagian peserta terlihat hadir bersama anak atau pasangannya.

Yang saya sukai dari WKJ adalah variasi destinasi tur yang tidak dimiliki penyelenggara tur lainnya. Destinasi tur yang ditawarkan tidak hanya yang populer saja, seperti tur ke Kota Tua atau Pecinan, tapi juga tempat-tempat yang kurang populer seperti Pantai Marunda dan tempat-tempat ibadah. WKJ juga mengadakan tur-tur tematik, seperti tur kuliner di Pasar Baru atau spot kuliner hits jalur MRT.

Tur dalam kota di Jakarta dan sekitarnya dibanderol Rp100.000,00 sampai Rp275.000,00. Awalnya saya berpikir harganya relatif mahal jika dibanding penyelenggara lainnya, sampai saya akhirnya tahu bahwa WKJ/ mbak Ira rajin memproduksi dan membagikan suvenir WKJ kepada para pesertanya. Pantas saja tur ini sangat digemari ibu-ibu.

Bagi saya, WKJ sangat cocok bagi siapapun yang mencari destinasi tur yang variatif ketimbang sejarah dari setiap rute tur atau tempat yang dikunjungi. 

WKJ juga cocok bagi siapapun yang tidak memprioritaskan ketepatan waktu; di tur WKJ pertama yang saya ikuti, seluruh peserta sempat menunggu sekitar setengah jam untuk mbak Ira memulai turnya, dan sempat menunggu sejumlah menit ke titik selanjutnya sampai mbak Ira menyelesaikan administrasi pembayaran tiket dengan petugas museum. Bisa dibilang, mbak Ira mengurus semuanya sendirian walau didampingi voluntir WKJ.

Komunitas Jelajah Budaya

KJB dirintis sejarawan Kartum Setiawan yang berkiprah dalam pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya di Indonesia. Seperti mbak Ira, mas Kartum merancang dan mengomandoi semua program tur yang KJB adakan. 

Di tur-tur KJB di luar Jabodetabek, mas Kartum kerap didampingi mas Wege, adiknya, dan pemandu dari museum atau tempat-tempat yang dikunjungi. 

Saya sendiri tidak ingat kapan KJB dirintis, namun perkenalan saya dengan KJB maupun mas Kartum bertempat di tahun 2011 saat mengikuti salah satu turnya di Jakarta.

Serupa dengan WKJ, mayoritas peserta KJB adalah individu usia 45 tahun ke atas dan perempuan. 'Sesepuh' atau para anggota KJB yang rutin mengikuti kegiatan KJB selama bertahun-tahun menjalin hubungan pertemanan yang kuat dengan satu sama lain. 

Jumlah anggota KJB dari waktu ke waktu bertambah karena 'member get member'; banyak anggota yang mengajak serta teman, pasangan, atau anggota keluarganya di tur-tur yang diselenggarakan KJB.

Kunjungan ke situs Trowulan di Mojokerto bersama JKB tahun 2016. Sumber: dokumentasi pribadi
Kunjungan ke situs Trowulan di Mojokerto bersama JKB tahun 2016. Sumber: dokumentasi pribadi

Pengetahuan mas Kartum yang mendalam seputar sejarah zaman kolonial di Jakarta menjadi daya tarik tur-turnya KJB. Namun, kalau saya ditanya soal keunggulan KJB dari penyelenggara tur lainnya, saya akan menjawab KJB adalah spesialis tur luar Jakarta khususnya Pulau Jawa dan ujung selatan Pulau Sumatera yang mengajak peserta berpelesir ke sisa-sisa zaman pra-kolonial. 

Tur KJB di Jakarta dan sekitarnya biasanya dibanderol antara Rp75.000,00 sampai tidak lebih dari Rp180.000,00, berdurasi 2 sampai 3 jam. Sayangnya, karena kesibukan mas Kartum dalam pekerjaan, KJB tidak rutin menyelenggarakan tur di Jakarta maupun luar Jakarta. 

Tur-tur yang diselenggarakan KJB sangat cocok bagi siapapun yang mengutamakan pengetahuan sejarah di Jakarta ketimbang keragaman destinasi, dan menggemari program tur yang tidak menuntut aktivitas fisik yang padat.

Komunitas Historia Indonesia (dulu disebut IndoHistoria)

KHI dirintis sejarawan Asep Kambali, yang juga merupakan pemimpin dari mayoritas tur yang diselenggarakan KHI. Seperti mas Kartum, kang Asep juga punya pengetahuan yang komprehensif seputar sejarah Jakarta dan zaman kolonial di Pulau Jawa.

Di tur-tur mereka yang pernah saya ikuti, kang Asep ditemani 4-7 orang voluntir (jumlahnya disesuaikan dengan jumlah peserta) yang bertugas memobilisasi peserta untuk dapat mengikuti seluruh rangkaian tur dengan tepat waktu. Satu sampai dua orang voluntir akan mengurus administrasi pembayaran tiket sementara kang Asep memimpin jalannya tur.

Sampai saat ini, hanya dua tur KHI yang pernah saya ikuti. Tahun 2012 adalah pertama maupun terakhir kalinya saya mengikuti tur KHI; bagi saya, 'bang for the buck' bukanlah frasa yang tepat menggambarkan tur-turnya KHI waktu itu. 

Voluntir KHI di tur terakhir yang saya ikuti cukup banyak, namun sempat terjadi miskoordinasi antarvoluntir sehingga tur tidak terlaksana tepat waktu. 

Saya berharap saya tidak bias usia, namun saya memahami bahwa saat itu mayoritas voluntir adalah anak muda dan sebagian besar dari mereka (entah kebetulan atau tidak) gemar mencari teman baru; dulu, saya kerap dapati voluntir santai berbincang dengan beberapa peserta tur ketimbang memastikan seluruh peserta mengikuti rangkaian tur.

Jakarta Good Guide

Seperti KHI di tahun 2012, JGG saat ini sangat populer di kalangan anak muda. JGG dirintis Farid Mardhiyanto dan Candha Adwityo pada 2014. 

Saya sendiri mengikuti tur-turnya JGG sejak 2017, namun sempat 'absen' antara kwartal ke-3 2018 dan akhir 2020 karena kesibukan pekerjaan dan pandemi COVID-19. 

'Format' tur yang diselenggarakan JGG relatif baru bagi saya yang tadinya terbiasa dengan tour leader yang sama dari tur ke tur; tidak seperti WKJ, KJB, dan KHI, setiap program tur JGG dipimpin pemandu yang berbeda-beda. 

Karenanya, peserta rutin JGG biasanya punya tour leader favoritnya masing-masing dari aspek yang berbeda-beda, seperti pengetahuan sejarah atau keterampilan bercerita sang tour leader.

Sampai saat ini, saya telah mengikuti lebih dari 20 tur yang diselenggarakan JGG. Destinasinya tidak hanya di Jakarta, namun juga Bogor, Tangerang, dan baru-baru ini, Bekasi serta Depok. 

Tur dengan jumlah peserta lebih dari 10 orang biasanya akan dipimpin oleh 2 sampai 3 orang tour leader, sementara jika pesertanya tidak lebih dari 10 orang tur hanya akan dipandu oleh 1 orang. 

Momen-momen terbaik bagi saya bersama JGG adalah mengikuti tur-tur yang pesertanya tidak lebih dari 6 orang dan dipandu oleh tour leader yang memberikan pengetahuan sejarah yang komprehensif seputar tempat-tempat yang dikunjungi.

Menjajal rute Noordwijk–Rijswijk bersama JGG tahun 2022. Sumber: dokumentasi pribadi
Menjajal rute Noordwijk–Rijswijk bersama JGG tahun 2022. Sumber: dokumentasi pribadi

Saya biasanya merekomendasikan JGG kepada mereka yang menggemari jalan-jalan sambil mencari teman baru, terutama yang berusia muda. Bahkan, salah satu teman saya kenal dengan pasangannya saat ini di salah satu tur JGG. 

Biaya tur yang relatif murah alias tidak mematok angka pasti (pas as you wish), bagi teman saya JGG telah menjadi salah satu opsi terjangkau untuk mencari pasangan hidup. Saya kurang merekomendasikan JGG kepada mereka yang menggemari jalan-jalan sejarah (dan sedang tidak mencari pasangan).

Di luar empat penyelenggara tur di ini, ada sejumlah penyelenggara lainnya yang menarik untuk saya ulas di lain waktu. Keempat penyelenggara tur ini memiliki keunggulan yang dimiliki maupun tidak dimiliki sesamanya; bagi saya, tidak ada yang lebih unggul di semua aspek dibanding yang lainnya. 

Selamat berpelesir!

(catatan: tulisan ini diperbarui pada 29 Desember 2023, memuat informasi tambahan dari WKJ)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun