Keberadaan spiral inilah yang membuat Bilangan Fibonacci disebut sebagai bilangan penyusun kehidupan, sebab terdapat banyak sekali makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan, yang memiliki proporsi Spiral Fibonacci atau yang disebut Spiral Emas ini. Spiral Emas ini bisa disebut sebagai geometri sakral sebab bisa kita lihat mulai dari susunan daun dan bunga pada tanaman, cangkang Nautilus, hingga embrio manusia.Â
Tak hanya itu, jika kita memperluasnya, kita juga menemukan Spiral Fibonacci ini di gejala alam seperti ombak dan badai. Bahkan di alam semesta, galaksi spiral-pun juga ditemui bentuk Spiral Fibonacci ini.
Seniman legendaris, Leonardo da Vinci menyadari, bahwa segala sesuatu yang mengikuti Rasio Emas secara otomatis akan dipandang "indah" oleh otak kita.Â
Sebagai contoh, tubuh manusia yang proporsional dan "sempurna" di mata kita adalah tubuh yang mengikuti Rasio Emas. Konon, jarak antara kaki hingga pusar kita apabila dibandingkan dengan jarak antara ujung kepala hingga pusar akan membentuk Rasio Emas (1,6). Contoh lain, proporsi tubuh lelaki yang dianggap ideal adalah jika perbandingan antara lebar pinggang dan lebar pundak adalah 1,6.
Salah satu karya Leonardo da Vinci yang terkenal selain Monalisa adalah "Vitruvian Man" digambar da Vinci menggunakan konsep Rasio Emas.
Rasio Emas Dalam Arsitektur
Ternyata bukan Leonardo da Vinci yang pertama kali menyadari keistimewaan Rasio Emas. Ternyata peradaban-peradaban kuno seperti Yunani hingga Golden Age of Islam sudah mengetahuinya. Bangunan kuil Yunani semacam Parthenon di Athena dibangun menggunakan Rasio Emas.Â
Bahkan jauh lebih purba dari itu, Piramida Agung di Mesir (yang dibangun sejak 2.500 SM) juga mengikuti Rasio Emas. Masjid Agung Kairouan di di Tunisia, salah satu masjid-masjid perdana yang dibangun pada tahun 670 M hingga Masjid Loftallah yang dibangun tahun 1603 di Iran, juga dibangun dengan pengetahuan mengenai Rasio Emas ini.