Saya akan mengetengahkan data dan fakta yang bisa diperoleh. Sayang bila ajang seperti PON ini tidak memberikan kebahagian dan keseruan untuk masyarakat Indonesia. Gelaran seperti ini seharusnya menjadi event yang ditunggu secara nasional. Tak kalah ramai beritanya dengan event olimpiade Paris kemarin. atau event piala asia sepakbola.
Gelaran PON itu milik masyarakat Indonesia keseluruhan, bukan hanya milik kontingen olahraga daerah masing masing saja. Atau milik panitia penyelenggara atau milik tuan rumah saja. Sehingga berita serunya pertandingan di venue dirasakan masyarakat Indonesia. Bakat bakat muda yang tumbuh dan bersaing melawan atlet daerah lainnya menjadi tontonan yang menarik dan seru.Â
Bila diteliti lebih lanjut gelaran PON yang menjadi juara hanya dikuasai provinsi DKI Jakarta (11) , Jawa Barat (6) dan jawa Timur (2) , sisanya 1 kali dimenangi karesidenan Surakarta pada tahun 1948, saat PON pertama kali diadakan. Ini menandakan PON masih dikuasai sebagian provinsi saja.
Carut Marut PON XXi adalah Pil Pahit
Berita tentang carut marut penyelenggaraan, kontroversi hingga dugaan penyelewengan dana memang mengemuka. Beritanya diulang ulang sehingga semua sadar ada gelaran PON XXI di Aceh dan Sumut.
Terutama aksi bogem mentah pemain sepakbola asal Sulawesi Tengah terhadap wasit. Kejadian ini ditengarai terjadi karena akumulasi kekesalan pemain pemain Sulawesi tengah yang sering dirugikan atas keputusan sang pengadil lapangan ini.
Kejadian ini sontak membuat kaget, seorang pemain sepak bola memukul wasit hingga KO. Apapun alasannya, memukul wasit di lapangan adalah perbuatan salah besar. Apalagi bila mengacu pada hukum pertandingan sepak bola internasional.Â
Keputusan curang wasit, atau wasit kena suap (misalnya) sehingga bertindak berat sebelah tidak serta merta membenarkan tindakan pemukulan. Kasus ini menjadi kontroversi yang paling nyata di PON XXI dan yang menjadi perhatian , apalagi pertandingan ini terjadi antara tuan rumah Aceh melawan Sulawesi Tengah.Â
Di Media sosial dan media arus besar, isu terus berkembang. Wasit yang ternyata berbeda nama dengan catatan pertandingan hingga profesi sehari hari sang wasit yang jadi bahan gunjingan. Kita dipertontonkan berita kontroversi yang terus menjadi liar. Sebaiknya memang PSSI bertindak cepat untuk memberikan penjelasan sebagai induk cabang olahraga.
Carut marut penyelenggaraan juga mengemuka karena beberapa venue yang tidak siap, lalu muncul masalah logistik makanan atlet yang terlambat, hingga ada kasus perkelahian atau pengeroyokan antar kontingen daerah.
Bisa dibayangkan gelaran yang diadakan dari tanggal 9 september hingga 20 september ini memainkan 65 cabang olahraga di 70 venue yang tersebar di 20 kota dan kabupaten di dua provinsi. Bisa dibayangkan bagaimana penyelenggara bekerja super sibuk untuk memastikan 1042 nomor pertandingan berjalan dengan baik dengan 13.039 atlet yang berlaga. Belum lagi mengelola ribuan penonton yang hadir memberikan semangat.