Sup Kaledo Sudah Ada Sejak Berabad Abad yang Lalu
Bila mencari referensi tentang Sup Kaledo dari penduduk asli Kota Palu, Sup Kaledo adalah makanan istimewa, biasa dihidangkan dalam peristiwa perayaan , seperti lebaran atau peristiwa penting lainnya.
Dihidangkan untuk dimakan bersama sama, dengan nuansa kekeluargaan. Walau saat kami di Palu, beberapa rumah makan juga menyediakan jenis makanan ini. Harganya tergolong lumayan mahal karena wajar bahan bakunya Potongan kaki sapi.Â
Menikmati Sup Kaledo cocok saat cuaca sedang hujan, seperti saat ini yang mulai diguyur hujan dalam intensitas besar. Kuah Sup Kaledo memang menyegarkan karena menggunakan bahan asam jawa, cabe rawit,jeruk nipis dan garam. Bumbunya sangat sederhana.Â
Untuk mendapatkan tulang dan daging yang empuk, prosesnya cukup panjang. Direbus hingga daging menjadi lembut dan mudah terkelupas untuk dimakan. Rasa gurih didapat dari rasa daging yang secara langsung berubah menjadi kaldu. Ditambah rasa sumsum berlemak.Â
Sup Kaledo mempunyai angka kalori yang lumayan tinggi karena ada lemak dan bisa mengakibatkan kolesterol bila dimakan berlebihan. Sebaiknya menikmati sup kaledo dilakukan pada siang atau sore hari. Dimana aktivitas tubuh masih lumayan aktif sehingga kalori yang didapat bisa termanfaatkan.
Mengutip dari beberapa sumber, Sup Kaledo sudah ada sejak abad 16. Sup Kaledo dulunya berbahan utama kaki Kambing, Kaki Babi dan dihidangkan untuk para tamu kehormatan dan para pembesar yang biasa di sebut Toma Oge atau Toma Langgai, sebutan para pembesar kerajaan kerajaan di lembah Palu.Â
Dalam perkembanganya , Sup Kaledo hanya menggunakan kaki sapi sebagai bahan utama. Maka ada yang menyebutkan KALEDO merupakan akronim Kaki Lembu Donggala.Â
Rindu Sup Kaledo , Rindu Kota Palu
Sudah enam tahun lebih pengalaman saya membersamai para korban gempa. Kota yang berkontur berbukit bukit, Â lautnya tenang karena berada di sebuah teluk, Di kota ini dialiri beberapa sungai yang menuju laut. Ada beberapa jembatan ikonik yang berada di kota ini.
Di Kota Palu terdapat sebuah monumen perdamaian dengan ikon Gong Perdamaian Nosarara Nosabatutu yang berada di sebuah bukit, Monumen ini mengajak semua elemen bangsa untuk menjaga persatuan, kerukunan dan perdamaian.
Saat saya hadir di Kota Palu, Sigit Purnomo Syamsudin Said atau lebih dikenal Pasha Ungu sedang menjabat sebagai wakil walikota Palu. Di depan kantor Walikota ada taman kota yang setiap sore hingga malam didatangi para warga kota, sekedar berolahraga, bersantai atau sekedar mencari jajanan murah meriah. Di taman inilah saya dan beberapa teman relawan melepas penat. Duduk duduk hingga malam hari  sambil makan makanan kekinian yang banyak tersedia. Â