Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sup Kaledo, Rindu yang Ingin Diulang Kembali

13 September 2024   15:03 Diperbarui: 14 September 2024   05:53 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sup kaledo. (Dok. Shutterstock/azizanimah via kompas.com)

Bencana memang membuat rasa sedih dan duka. Itu yang kami rasakan saat menangani pasca gempa Palu pada Oktober 2018. Gempa yang juga membawa dampak likuifaksi, tanah bergerak dan menelan objek benda yang ada diatasnya. 

Selain itu terjadi guguran bawah laut yang membuat terjadinya tsunami yang menghantam teluk Palu. Tsunami yang terjadi merusak bangunan sepanjang pantai Talise. Pantai yang awalnya indah, ramai dikunjungi warga kota Palu dan sekitarnya terlihat luluh lantak.

Gempa ini memanjang hingga Kabupaten Donggala , Kabupaten Sigi hingga Kabupaten Parigi Moutong (Parimo). Dampaknya memang massif dan luar biasa. Kami hadir setelah menangani gempa Lombok yang terjadi pada Agustus 2018. Seperti susul menyusul.

Penanganan Gempa memakan waktu yang lama, berbulan bulan bahkan bisa bertahun tahun. Karena pemulihan infrastruktur membutuhkan biaya dan waktu yang lama. Belum lagi pemulihan traumatis bagi korban gempa. 

Kami bersama relawan dari Sulawesi , Kalimantan, Jawa dan beberapa relawan dari Lombok dan Bali  membangun posko darurat di Jalan Ayun Kota Palu. Kami berinteraksi sangat intens dengan relawan lokal dari Palu, Donggala dan Sigi. Rata rata mahasiswa Universitas Tadulako sebagian pelajar SMA dan komunitas anak pesisir.

Bencana boleh datang menghantam, rasa persaudaraan tumbuh semakin kuat. Rumah rumah penduduk yang  relatif masih utuh dan bersedia dijadikan posko penanganan bencana. Kami meminta izin untuk dijadikan  posko. Maka  sepanjang wilayah bencana dalam rentang jarak tertentu dibangunkan posko 

.Sebuah cara untuk memudahkan dalam distribusi bantuan. Sekaligus melakukan asesmen untuk pembangunan shelter darurat. Juga sebagai tempat para relawan beristirahat. Tiap posko dibentuk struktur relawan.

Dalam satu kesempatan kami mendapatkan undangan makan dari salah satu keluarga di Kota Palu. Menunya Sup Kaledo. Inilah rasa persaudaraan yang kami rasakan. Sup Kaledo adalah makanan khas suku Kaili,  Suku asli yang mendiami Palu , Donggala hingga Sigi.

Sup Kaledo makanan berbahan utama tulang kaki sapi. Dengan kuah bening yang berasa asam, gurih, pedas dan segar. Ditambah bawang goreng yang khas. Sebagai informasi bawang goreng Palu merupakan bawang goreng yang istimewa. Maka bila ke Kota Palu salah satu oleh oleh yang terkenal dan ikonik, Bawang Goreng.

Sup Kaledo adalah makanan berkuah yang sangat menarik, potongan tulang kaki sapi dengan sumsum berlemak  yang gurih. Daging yang masih melekat di Tulang menjadi santapan yang susah untuk dilewatkan. Dijamin sangat seru saat memakan sup Kaledo.

Keringat mengucur deras dengan bibir terasa panas kepedasan. Biasanya Sup Kaledo dimakan bersama nasi dengan santan yang dibungkus daun pisang. Seperti buras kalau di Jawa. Tapi kami memakannya bersama nasi putih saat itu, dan tetap enak dan nikmat.

Semangkok Sup Kaledo (sumber : instagram/Simpley_culinary)
Semangkok Sup Kaledo (sumber : instagram/Simpley_culinary)

Sup Kaledo Sudah Ada Sejak Berabad Abad yang Lalu

Bila mencari referensi tentang Sup Kaledo dari penduduk asli Kota Palu, Sup Kaledo adalah makanan istimewa, biasa dihidangkan dalam peristiwa perayaan , seperti lebaran atau peristiwa penting lainnya.

Dihidangkan untuk dimakan bersama sama, dengan nuansa kekeluargaan. Walau saat kami di Palu, beberapa rumah makan juga menyediakan jenis makanan ini. Harganya tergolong lumayan mahal karena wajar bahan bakunya Potongan kaki sapi. 

Menikmati Sup Kaledo cocok saat cuaca sedang hujan, seperti saat ini yang mulai diguyur hujan dalam intensitas besar. Kuah Sup Kaledo memang menyegarkan karena menggunakan bahan asam jawa, cabe rawit,jeruk nipis dan garam. Bumbunya sangat sederhana. 

Untuk mendapatkan tulang dan daging yang empuk, prosesnya cukup panjang. Direbus hingga daging menjadi lembut dan mudah terkelupas untuk dimakan. Rasa gurih didapat dari rasa daging yang secara langsung berubah menjadi kaldu. Ditambah rasa sumsum berlemak. 

Sup Kaledo mempunyai angka kalori yang lumayan tinggi karena ada lemak dan bisa mengakibatkan kolesterol bila dimakan berlebihan. Sebaiknya menikmati sup kaledo dilakukan pada siang atau sore hari. Dimana aktivitas tubuh masih lumayan aktif sehingga kalori yang didapat bisa termanfaatkan.

Mengutip dari beberapa sumber, Sup Kaledo sudah ada sejak abad 16. Sup Kaledo dulunya berbahan utama kaki Kambing, Kaki Babi dan dihidangkan untuk para tamu kehormatan dan para pembesar yang biasa di sebut Toma Oge atau Toma Langgai, sebutan para pembesar kerajaan kerajaan di lembah Palu. 

Dalam perkembanganya , Sup Kaledo hanya menggunakan kaki sapi sebagai bahan utama. Maka ada yang menyebutkan KALEDO merupakan akronim Kaki Lembu Donggala. 

Rindu Sup Kaledo , Rindu Kota Palu

Sudah enam tahun lebih pengalaman saya membersamai para korban gempa. Kota yang berkontur berbukit bukit,  lautnya tenang karena berada di sebuah teluk, Di kota ini dialiri beberapa sungai yang menuju laut. Ada beberapa jembatan ikonik yang berada di kota ini.

Di Kota Palu terdapat sebuah monumen perdamaian dengan ikon Gong Perdamaian Nosarara Nosabatutu yang berada di sebuah bukit, Monumen ini mengajak semua elemen bangsa untuk menjaga persatuan, kerukunan dan perdamaian.

Saat saya hadir di Kota Palu, Sigit Purnomo Syamsudin Said atau lebih dikenal Pasha Ungu sedang menjabat sebagai wakil walikota Palu. Di depan kantor Walikota ada taman kota yang setiap sore hingga malam didatangi para warga kota, sekedar berolahraga, bersantai atau sekedar mencari jajanan murah meriah. Di taman inilah saya dan beberapa teman relawan melepas penat. Duduk duduk hingga malam hari  sambil makan makanan kekinian yang banyak tersedia.  

Sup Kaledo mungkin bisa dicari dan dibeli di Jakarta, namun rasa dan nuansanya tentu berbeda. Sup Kaledo menjadi sebuah ingatan yang masih kuat terpatri di kepala. Ketulusan dan keramahan penduduk kota Palu saat bersama sama menangani pasca gempa tak pernah terlupa. Entah kapan bisa kembali menikmati Sup Kaledo di Kota Palu. 

Solear City, 13/9/24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun