Anak harus diberikan pengetahuan tentang konsep uang, tidak hanya teori tapi dengan praktik langsung. Mereka dibelikan barang dagang yang bisa mereka jual kembali yang hasil selisihnya bisa mereka dapatkan.
Anak-anak dilibatkan dalam proses transaksi jual beli, mereka melihat langsung bagaimana orangtuanya juga mendapatkan uang dari transaksi jual beli. Mereka ikut terlibat aktif dalam menyusun barang dagang, menawarkan barang dagang kepada calon pembeli hingga belajar mencatat secara sederhana keuangan bisnis.
Hal ini biasa didapatkan anak-anak Tionghoa saat orangtuanya berjualan, sejak kecil mereka melihat dan merasakan langsung bagaimana bisnis dijalankan. Maka jangan heran bila saat dewasa mereka piawai dalam melakukan bisnis, karena sudah terbiasa sejak kecil.Â
Hal inilah yang saya terapkan juga. Anak-anak akan menyerap pengalaman dan informasi sejak ia kanak kanak. Bila pengalaman dan informasi bisnis yang ia dapatkan, bukan mustahil saat dewasa mereka akan memulai bisnis dengan mudah.Â
Satu hal yang saya tanamkan dalam konsep uang, 'tidak boleh boros dan tidak boleh pelit'. Seimbang dalam mengelola uang, tidak terlalu menahannya tapi juga tidak sembarang mengeluarkannya. Uang harus dijadikan kuda tunggangan, buka terbalik ditunggangi uang.
Sebagai disclaimer apa yang saya lakukan hanya untuk saya pribadi dan keluarga, mungkin hal ini tidak bisa dan tidak cocok dilakukan di keluarga lain, silahkan menggunakan metode lainnya.
Salam bahagiaÂ
Solear City, 10/9/24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H