Pelajaran keuangan untuk anak, tidak hanya bagaimana menabung (saving). tapi mengajari anak untuk melakukan dasar transaksi jual beli yang secara tidak langsung mengajari anak tentang 'sales' dan 'marketing'.
Imbasnya, anak pertama (sudah lulus kuliah) sangat jeli untuk melihat peluang, ia memiliki toko online dan terbiasa melakukan live selling (online) dengan pendapatan yang lumayan.
Anak kedua (sudah lulus kuliah), terbiasa untuk memasarkan produk, menjual apapun yang bisa menghasilkan cuan. ia lebih suka melakukan digital marketing, membuat poster, flyer digital, dan memaksimalkan media sosialnya.
Anak ketiga (kuliah di Surabaya) juga terbiasa berjualan online seperti anak pertama. Ia juga melakukan live selling di sebuah marketplace sejak duduk di bangku SMA. Tapi saat ini karena baru memulai kuliah, ia harus fokus terlebih dahulu dengan dunia baru di kampus.
Kemampuan anak-anak yang akhirnya paham bagaimana mencari passive income, mereka tetap bekerja pada bidangnya masing masing tapi bisa memperoleh pendapatan dari kegiatan bisnis sampingan. Yang kelak bisa dipilih menjadi pendapatan utama.
Hal ini tidak terlepas dari cara mengajari anak tentang konsep uang. Bahwa uang bukan segala galanya tapi segala galanya butuh uang. Uang bisa membuat orang menjadi baik atau sebaliknya uang akan membuat orang menjadi jahat.
Mengajari Keuangan Tidak Hanya Teori
Anak-anak seusia Hanan mungkin belum sepenuhnya paham dengan konsep uang. Mereka masih suka bermain. Kerjanya anak seusia Hanan ya bermain. Jadi konsep mengajarinya dengan gaya bermain.
Untuk mengatur uang jajan, saya dan istri memberikan kepercayaan bagaimana anak membelanjakan uangnya. Walau untuk alasan kesehatan, istri saya sangat peduli sehingga ia sangat khawatir dengan jajanan yang tidak sehat.
Salah satu indikator anak bisa mengatur uang jajan nya, ia tidak kehabisan uang, ia bisa memilih apa yang ia akan beli dengan uang yang dimiliki. Hanan contohnya, ia sadar uangnya hanya empat ribu , hanya bisa membeli makanan (jajanan) dua ribu, sisanya ia belikan mainan.
Hanan sangat jarang minta tambahan uang jajan untuk membeli jajanan atau mainan. Ia paham uang empat ribu harus diatur agar semua keinginan terpenuhi. ia juga paham kalau ada mainan yang hanya cukup dilihat saja di youtube tanpa merengek untuk dibelikan. Karena harganya tak mungkin dibeli orang tuanya.
Bahkan ia akan menolak dibelikan mainan yang harganya mahal, karena ia juga paham uang sebesar itu sayang kalau dibelikan mainan. Uniknya ia bisa menunda membeli mainan hingga lebaran tiba, karena saat lebaran ia akan mendapatkan uang 'tanggokan' yang jumlahnya bisa ratusan ribu rupiah. Maka panen membeli mainan mahal hanya dilakukan saat lebaran.Â