Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menebak Apa yang Akan Dilakukan Jokowi Pasca Tidak Menjadi Presiden

3 September 2024   09:09 Diperbarui: 3 September 2024   09:29 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi (sumber via Kompas.com)

Kedua, Jokowi akan membangun kekuatan politik. Lebih tepatnya menyalurkan energi politik ke beberapa sumber politik. Ada dugaan Jokowi akan masuk ke dalam parpol besar dengan menduduki ketua dewan pembina atau ketua dewan pakar. Santer terdengar Jokowi akan merapat ke salah satu parpol besar sekaligus parpol senior.

Ketiga, Jokowi akan membangun partai sendiri. Seperti  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang membangun partai Demokrat yang mengantarkannya ke kursi kepresidenan selama dua periode. Mirip dengan SBY yang memiliki anak anak yang patuh bergerak di bidang politik, Jokowi malah lebih 'cerdas' dengan langsung mengunci anaknya untuk posisi kekuasaan. Kalau Jokowi membangun partainya sendiri, dua putra dan mantunya bisa bergabung. Sebuah skema menghadapi 2029.

Keempat, menggunakan partai yang sudah dibangun sebelumnya. Kaesang Pangarep yang sudah menjadi ketua partai PSI. Kiprah politik Kaesang jauh lebih jelas dan terang benderang, di usianya yang belum genap tiga puluh tahun  ia sudah bisa melakukan manuver politik. Walau gagal menjadi partai parlemen, PSI punya bargaining yang lumayan besar. Jokowi bisa mengikuti jejak putra bungsunya menggunakan kekuatan partai yang sudah terbangun. Ongkosnya mungkin lebih mahal namun bisa lebih efektif. Partai mana yang akan digunakan, kita akan lihat nantinya.

Kelima, Jokowi mendapatkan posisi strategis di sebuah institusi pemerintahan Prabowo. Sebagai ketua Badan atau lembaga, atau sebagai ketua dewan penasehat presiden Prabowo. Dimana nasehat dan arahannya masih bisa dijalankan untuk pemerintahan Prabowo. Di zaman Presiden Jokowi hal itu pernah dilakukannya, memberikan posisi kepada presiden kelima, Megawati Soekarnoputri sebagai ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2021.

Dari kelima tebakan ini, mungkin ada yang keenam atau ketujuh, perkembangan politik masih sangat dinamis terutama mengamankan  Pilkada serentak yang merupakan  medan pertarungan kekuasaan. Apa yang akan dilakukan Jokowi pasca tak menjadi Presiden tentu kita harus bersabar untuk dua bulan kedepan. 

Yang pasti kita semua berharap apa yang akan dilakukan punya kontribusi positif untuk bangsa ini. Memberikan efek yang baik bagi perkembangan dan kontestasi politik. Sayang bila manuver politik yang dilakukan Jokowi malah kontraproduktif. 

Kita sebenarnya lebih membutuhkan para negarawan, orang  bijak yang mampu berdiri adil disemua golongan. Seorang yang membangun legacy kebermanfaatan, yang memang sejalan dengan apa yang diinginkan rakyat Indonesia. Bukan sekedar ego pribadi yang dipaksa paksa agar terlihat keinginan rakyat. 

Sudah tujuh puluh sembilan tahun bangsa ini merdeka, sudah saatnya kita merdeka dalam kebebasan  mengambil peran politik, tanpa rasa was was apalagi ancaman dan intimidasi. Semua orang berhak dipilih dan memilih sesuai peraturan yang tidak dipaksa sesuai keinginan golongan tertentu.

Akankah Sama Gaya Jokowi dan Prabowo Dalam Memimpin

Warna dan corak pemerintahan yang baru pasti akan berbeda, gaya dan misi Prabowo juga akan berbeda. Walau dalam berbagai kesempatan Prabowo sering memuji Presiden Jokowi, bahkan membelanya ketika banyak pihak yang menghujat. Prabowo adalah prabowo, ia punya latar belakang yang berbeda dari Jokowi. 

Keluarga Presiden saat Pernikahan Kaesang-Erina Gudono (sumber via Kompas.com)
Keluarga Presiden saat Pernikahan Kaesang-Erina Gudono (sumber via Kompas.com)

Bila berkaca dari dua mantan presiden Indonesia sebelumnya, Megawati dan SBY. Keduanya masih aktif dalam perpolitikan , terutama Megawati yang masih menjadi ketua umum sejak 1993 hingga saat ini. SBY walau lebih sering melakukan hal yang menyenangkan seperti melukis, membuat lagu, berkunjung ke beberapa tempat yang menyenangkan, SBY masih aktif mengikuti perkembangan politik di Indonesia terutama yang menyangkut dengan Partai Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun