Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Marriage is Scary, Apa yang Harus Dipahami?

30 Agustus 2024   08:56 Diperbarui: 2 September 2024   07:39 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilutrasi Pernikahan (Sumber: Qimono via Pixabay)

Selain itu beban ekonomi, ketidakpastian masa depan, kehilangan kebebasan, tekanan sosial, kedewasaan dalam tanggung jawab merupakan faktor faktor pernikahan dinilai menakutkan. 

Beberapa pakar mengidentifikasi munculnya Marriage is scary karena beberapa faktor yang mungkin muncul dalam kehidupan seseorang. Dr John Gottman, seorang psikolog yang 40 tahun mengamati tentang pernikahan, menjelaskan ketakutan itu muncul karena ketidakpastian bagaimana menghadapi konflik yang terjadi dan tantangan hubungan yang muncul. Pernikahan tidak selamanya mulus. Banyak tantangan, ujian, hingga badai yang menerpa.Kesiapan seseorang menghadapi masalah pernikahan tercermin bagaimana ia memandang pernikahan itu sendiri.

Marriage is Scary muncul akibat rasa takut akan kehilangan kebebasan, membatasi diri saat mengejar cita cita, impian dan minat pribadi. Pernikahan seperti penjara yang akan mengungkung kebebasan diri. Hal ini dijelaskan Dr Harriet Lerner seorang psikologi klinis. Lerner juga memberikan saran agar pasangan pernikahan menciptakan keseimbangan antara kehidupan bersama dengan kemandirian individu. 

Ekspektasi yang tinggi terhadap pernikahan seringkali membuat ketakutan, harapan dan tuntutan yang tinggi agar pernikahan berjalan mulus, tercukupi secara ekonomi, terpenuhi atas waktu intim, tercapainya kebahagian hingga terpenuhinya tuntutan keluarga besar, seperti tuntutan kehamilan untuk seorang cucu. Hal ini menjadi salah satu ketakutan ketika tidak mampu memenuhi ekspektasi yang diminta saat pernikahan.

Berbahagia dengan pasangan hingga hari tua (sumber: Picnic Photo via Pixabay)
Berbahagia dengan pasangan hingga hari tua (sumber: Picnic Photo via Pixabay)

Memahami Marriage is Scary

Pernikahan harus dipahami sebuah perjalanan yang akan dilalui, ia tak melulu diisi hal hal yang menyenangkan, pernikahan juga akan mengalami berbagai macam masalah, ketidakcocokan, perbedaan pandangan bahkan perdebatan yang mungkin terjadi.

Pasangan yang kita pilih adalah manusia yang memiliki latar belakang berbeda, pola asuh yang berbeda. Pernikahan menyatukan dua orang yang berbeda untuk menjalin komitmen, memberikan kepercayaan, melakukan kerjasama dalam misi yang disepakati. 

Pernikahan bukan menyamakan sifat, memaksakan kehendak, merasa lebih superior atau hanya label formalitas. Pernikahan membawa konsekuensi logis, susah dan bahagia dihadapi bersama. 

Marriage is Scary adalah sebuah ungkapan, sinyal yang harus dipahami, ia muncul dari fakta yang ada. Ketakutan yang seharusnya menjadi awal untuk mengerti sebuah ikatan suci yang bernama pernikahan bukanlah taman bunga yang selalu indah dan wangi, kadang di taman itu muncul bibit penyakit, kadang pula angin ribut datang mengaduk aduk taman, kadang air hujan yang terlampau deras sehingga banjir bisa saja menggenangi taman.

Tapi semuanya datang silih berganti, langit tak selamanya mendung. Mendung pun tak berarti hujan, walaupun hujan turun, tak selamanya membawa bencana. Hujan turun membasahi taman, sehingga bunga bermekaran, dan pohon buah memberikan manfaatnya kepada burung yang datang.

Pernikahan memang bisa menakutkan tapi percayalah, di balik perjuangan dalam pernikahan banyak kebaikan dan kebahagian yang tak ditemui dalam ikatan apapun di dunia ini. Ia adalah ikatan suci yang disatukan Tuhan. Manusia hanya diminta untuk menjalani dengan hati yang bahagia.

Jangan takut, menikahlah... dan nikmati perjalanannya, nikmati guncangannya, nikmati badainya, kelak kita akan paham apa alasan kita untuk menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun