Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pembeli Palsu, Apakah Termasuk Gangguan Kesehatan Jiwa?

27 Agustus 2024   11:08 Diperbarui: 27 Agustus 2024   11:10 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berbelanja di supermarket (sumber : via Kompas.com)

Kelakuan menyebalkan ini sering disebut 'PHP' , pemberi harapan palsu. Namun ada juga yang lebih menyebalkan, ketika barang dikirim dengan metode COD, si pembeli juga tak mau membayar dan juga hilang entah kemana.

Kelakuan pembeli palsu ini sangat membuat kesal para seller, sudah capek capek live berjam jam eh malah kena prank, kena PHP. Pelakunya seperti sengaja membuat banyak akun untuk tetap bisa ikut live. Mereka memanfaatkan situasi ramai saat terjadi penawaran. 

Dampak kerugiannya bagi seller, barang yang seharusnya laku terjual akhirnya tertahan. Jalan tengahnya, dibuat waiting list (WL).  Bila si orang pertama tidak close order dan tidak bayar dalam waktu yang ditentukan akan diberikan kepada orang kedua yang ikut 'fix'. 

Hal ini mungkin bisa membantu namun tetap menjadi pekerjaan tambahan, karena si seller harus menghubungi pembeli kedua yang prosesnya bisa memakan waktu. Adakalanya si pembeli kedua sudah tidak berminat lagi. Si Seller harus menghubungi pembeli ketiga untuk menawarkan barang yang, cukup merepotkan.

Pembeli palsu di era digital nampaknya punya motif tertentu melakukan fake buyers. Entah ada unsur persaingan bisnis, entah karena iseng, entah karena dibayar oleh pihak tertentu atau karena gangguan kesehatan jiwa. Alasannya bisa bermacam macam.

Dalam artikel ini saya akan membahas kemungkinan orang melakukan pembelian palsu karena gangguan kesehatan jiwa. Hal yang ternyata mungkin terjadi, seseorang merasa puas bila mendapat sensasi berbelanja. Berlaku seakan akan memiliki uang banyak dan bisa membeli semuanya.

Dengan keranjang belanja ia berkeliling mengambil barang, terus berlaku sebagai pembeli yang sedang memborong barang. dengan melakukan hal ini, kesenangan yang didapat, merasa puas. gangguan kesehatan jiwa seperti ini disebut compulsive buying disorder. 

Pembelian bisa palsu dengan benar benar tidak berniat membayar atau mungkin melakukan pembayaran namun tidak jelas untuk apa pembelian dilakukan. Hanya memenuhi dorongan keinginan yang tidak terkendali.

Gangguan kepribadian borderline (Borderline personality disorder) juga bisa melakukan pembelian palsu karena seringkali mengalami ketidakstabilan emosi yang ekstrim. yang mendorong pelaku melakukan tindakan impulsif. Merasa ketika berbelanja banyak layaknya sultan, kebahagian palsu yang didapat.

Ditengah himpitan kesulitan ekonomi, perasaan tak dihargai karena kemiskinan kadang membuat orang melakukan tindakan impulsif. Seolah olah menjadi orang yang mampu berbelanja di tempat tempat mewah.

Pembeli palsu bisa juga dilakukan oleh orang yang dulunya kaya raya, mampu membeli barang yang ia mau. Namun saat jatuh, kekayaan hilang, kekuasaan menjauh, orang orang kepercayaan menarik diri. Ia kehilangan diri, masih merasa menjadi orang yang kaya raya, berkuasa. Sehingga ia melakukan tindakan impulsif dengan berbelanja banyak barang namun tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar. Ujungnya , ia bisa melakukan pembeli palsu. Atau malah bisa terjatuh melakukan pencurian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun